Kata Pengantar
Puji syukur kita curahkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hutang
Jangka Pendek” ini. Shalawat bertangkaikan salam kita junjung tinggikan ke
Ruh Baginda Rasulullah SAW yang selalu kita harap – harapkan syafaatnya hingga
di akhir kelak nanti.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada
Ibu Dosen Pembimbing yang telah mempercayakan dan memberikan arahan, bimbingan,
dan juga waktu dalam penyusunan dalam makalah ini. Tak lupa pula penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan Mahasiswa dan juga semua
pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam
makalah ini masih terdapat kekurangan dan juga kesalahan. Baik dalam pengejaan
dan juga kesalahan – kesalahan lain. Mengingat akan pengetahuan penyusun yang
masih terbatas. Ibarat kata pepatah “tak ada mawar yang tak berduri”. Oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan kritikan, saran, dan masukan – masukan
yang bersifat membangun untuk memperbaiki makalah ini dan makalah – makalah
berikutnya yang akan datang.
Wassalam,
Sibuhuan,
Oktober 2013
Penyusun,
Kelompok I
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
- Latar Belakang......................................................................................... 1
- Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A.
Pengertian Utang Jangka Pendek........................................................................ 2
1. Hutang
Wesel / Wesel Bayar............................................................ 3
2. Hutang
Dagang................................................................................ 4
3. Hutang
Pajak................................................................................... 5
4.
Bagian Kewajiban Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo Satu
Tahun
Mendatang............................................................................ 6
B.
Pencatatan Gaji dan Pajak Gaji.......................................................................... 7
1. Elemen
– Elemen Gaji...................................................................... 7
2. Perlakuan
Akuntansi Atas Gaji......................................................... 9
3. Prosedur
Penggajian........................................................................ 10
BAB III PENUTUP........................................................................................ 13
A.
Kesimpulan....................................................................................................... 13
B.
Saran................................................................................................................ 13
Daftar Pustaka............................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Utang perusahaan
sangatlah penting untuk diketahui jumlahnya karena menyangkut kewajiban -
kewajiban Yang harus dipenuhi oleh perusahaan di masa yang akan datang.
Oleh karena itu perlu mengetahui bagaimana karakteristik dari masing – masing
utang perusahaan tersebut. Utang dalam akuntansi dapat didefinisikan sebagai “Pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang
akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa
kini untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain di
masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa
lalu”.(FASB, Conccepts no 3 Op,cit hal 3090).
Utang – utang
yang merupakan kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan menjadi dua kelompok
yaitu:
1)
utang jangka pendek
2)
utang jangka panjang
Pengelompokkan
utang didasarkan pada jangka waktu pembayaran utang. Namun siklus usaha
perusahaan berbeda-beda, batasan yang digunakan kurang memenuhi oleh karena itu
batasan yang digunakan berubah menjadi: “Suatu kewajiban akan dikelompokkan
sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan dilakukan dengan
menggunakan sumber-sumber aktiva lancar atau dengan menimbulkan utang jangka
pendek yang baru”.
B.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
kami dalam penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan pembahasan materi
tentang Utang Jangka Pendek. Selain itu kami juga bertujuan untuk melengkapi
tugas yang diberikan oleh Ibu Dosen Mata Kuliah Akuntansi Satu dengan Judul
Hutang Jangka Pendek.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek
disebut juga utang lancar yaitu utang yang diharapkan akan dilunasi dalam
jangka waktu pendek atau dalam jangaka satu periode akuntansi.[2]
Hutang yang
pelunasannya dengen menggunakan sumber–sumber aktiva lancar atau dengan
menciptakan hutang lancar baru. Penyelesaian satu hutang jangka pendek (hutang
lancar) biasanya memerlukan demakaian harta lancar. Perbandingan antara harta
lancar terhadap hutang jangka pendek (hutang lancar) dikenal sebagai “rasio
lancar” atau “current ratio“. Rasio ini merupakan suatu ukuran yang berguna
bagi para pengusaha untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi
hutang-hutang jangka pendek. Perusahaan yang memiliki hutang lancar lebih besar
dari harta lancar berada dalam posisi yang mengkhawatirkan karena terdapat
kemungkinan bahwa utang tersebut tidak akan dapat dilunasi.
Hutang yang
harus dilunasi dalam jangka waktu pendek, paling lama satu tahun sesudah
tanggal neraca, atau harus dilunasi dalam jangka waktu satu siklus operasi
normal perusahaan yang bersangkutan (tergantung mana yang lebih panjang). Yang
dimaksud dengan satu siklus operasi normal adalah waktu yang diperlukan agar
uang kontan dapat diubah menjadi persediaan barang, persediaan barang diubah
menjadi piutang usaha dan akhirnya piutang usaha diubah menjadi uang kontan
kembali. Siklus operasi normal dari masing-masing perusahaan memerlukan jangka
waktu yang berbeda-beda, mulai dari kurang dari satu tahun, satu tahun,
tetapi ada juga yang lebih dari satu tahun. Perbedaan ini menyebabkan batasan
hutang lancar seperti tersebut di atas dianggap kurang tepat oleh banyak
perusahaan.[3]
Yang termasuk
utang lancar, antara lain : Utang Usaha, utang wesel, utang deviden, uang muka penjualan
pungutan pihak ketiga, biaya yang harus dibayar, utang pajak, utang bersyarat,
biaya jaminan, penawaran promosi, utang jaminan kemasan.
1. Utang Wesel / Wesel Bayar
Utang wesel
adalah kewajiban berupa janji tertulis untuk membayar sejumlah
uang pada tanggal tertentu di masa yang akan datang kepada pihak lain yang
timbul akibat pembelian barang/jasa, transaksi pinjaman, atau utang jangka
panjang yang segera jatuh tempo.[4]
Utang Wesel merupakan utang yang didukung dengan adanya surat
pengakuan utang atau surat pernyataan kesediaan untuk membayar yang
ditandatangani oleh si debitur itu sendiri. Jumlah utang wesel yang terjadi
dicatat kedalam rekening utang wesel.
Wesel
ada dua jenis, yaitu wesel tidak berbunga dan wesel berbunga.
a.
Wesel Tidak Berbunga ( Discount On Notes Receivable).
Adalah wesel
yang tidak dibebani bunga, sehingga pada tanggal jatuh tempo, debitor hanya
membayar jumlah nominal wesel kepada pemegangnya.
Contoh:
Tanggal 1 Maret 2008 Tuan Maringgih menarik wesel sejumlah Rp 25.000.000 kepada CV. Lestari yang jatuh temponya tanggal 1 Juli 2008. Pada tanggal 4 Maret 2008 wesel tersebut didiskontokan ke BNI dengan bunga diskonto 18 % / tahun dan dipotonga administrasi Rp 5.000.
Tanggal 1 Maret 2008 Tuan Maringgih menarik wesel sejumlah Rp 25.000.000 kepada CV. Lestari yang jatuh temponya tanggal 1 Juli 2008. Pada tanggal 4 Maret 2008 wesel tersebut didiskontokan ke BNI dengan bunga diskonto 18 % / tahun dan dipotonga administrasi Rp 5.000.
Pertanyaan:
a. Jumlah yang harus dibayar CV. Lestari pada tanggal jatuh tempo.
b. Nilai tunai wesel yang diterima Tuan Maringgih pada tanggal 4 Maret 2008.
a. Jumlah yang harus dibayar CV. Lestari pada tanggal jatuh tempo.
b. Nilai tunai wesel yang diterima Tuan Maringgih pada tanggal 4 Maret 2008.
Jawab :
a) Jumlah yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo adalah sebesar Rp 25.000.000
b) Nilai Tunai = Nilai Nominal - Diskonto - Biaya Administrasi.
Hari diskonto : 4 Maret 2008 s/d 1 Juli 2008 adalah:
Maret 31 - 3 = 28 hari
April = 30 hari
Mei = 31 hari
Juni = 30 hari
Jumlah = 119 hari
Diskonto = ( 25.000.000 X 18 X 119) : ( 100 X 360) = Rp. 1.487.500
Jadi nilai tunai wesel = 25.000.000 - 1.487.000 - 5.000 = Rp 23.507.500
b. Wesel
Berbunga (Interest Bearing Notes)
Yaitu wesel yang
disertai beban bunga, sehingga pada tanggal jatuh tempo debitor harus membayar
jumlah nominal ditambah bunga wesel.
Contoh:
Tanggal 3 Maret 2009 Ny. Rani menarik wesel sejumlah Rp 30.000.000 dengan bunga 20% per tahun kepada Fa. Curut yang jatuh tempo 1 Juli 2009. Pada tanggal 2 April 2009 wesel tersebut di diskontokan pada Bank Mandiri dengan diskonto 18% pertahun .
Pertanyaan :
a) Jumlah uang yang dibayar Fa. Curut pada saat jatuh tempo.
Tanggal 3 Maret 2009 Ny. Rani menarik wesel sejumlah Rp 30.000.000 dengan bunga 20% per tahun kepada Fa. Curut yang jatuh tempo 1 Juli 2009. Pada tanggal 2 April 2009 wesel tersebut di diskontokan pada Bank Mandiri dengan diskonto 18% pertahun .
Pertanyaan :
a) Jumlah uang yang dibayar Fa. Curut pada saat jatuh tempo.
b) Nilai tunai yang diterima Ny.
Rani pada tanggal 2 April 2009.
Jawab:
a. Nilai nominal wesel Rp 30.000.000
a. Nilai nominal wesel Rp 30.000.000
Hari bunga 3 Maret s/d 1 Juli
2009 = 120 hari
Bunga (30.000.000 X 20 X 120 ) : (
100 X 360) = 2.000.000
Nilai Wesel tanggal 1 Juli 2009
adalah Rp 30.000.000 + Rp 2.000.000 = Rp 32.000.000
b. Hari diskonto:
April 30 - 1 =
29 hari
Mei =
31 hari
Juni =
30 hari
Jumlah = 90 hari
Jadi diskonto = ( 32.000.000
X 18 X 90) : (100 X 360) = 1.440.000
Nilai wesel pada tanggal 2 April
2009 adalah (Rp 32.000.000 - Rp1.440.000) = Rp 30.560.000
2. Hutang Dagang
Utang dagang
yaitu utang yang timbul dari pembelian barang – barang dagangan atau jasa. Dalam
menentukan jumlah utang jangka pendek perlu diperhitungkan utang atas barang –
barang yang dibeli yang masih dalam perjalanan. Pencatatan utang atas pembelian
barang yang masih dalam perjalanan harus mempertimbangkan syarat pengirimannya.
Contoh:
1)
Pada tanggal 21 Juni 2006 PD Nusa Lestari membeli
barang dagangan pada PD Rinjani seharga Rp. 8.200.000,00 faktur no 411 syarat
pembayaran 2/10,n/30. Transaksi ini akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
2006 Juni 21
|
Pembelian
|
Rp. 8.200.000,00
|
|||
Utang dagang
|
Rp. 8.200.000,00
|
||||
3. Hutang
Pajak
Utang
pajak adalah dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga yang timbul karena
perusahaan memungut kas dari pihak tertentu (misalnya pegawai atau pelanggan)
atas nama pihak ketiga. Penyajian ikhtisar utang pajak yang baik dan
teratur akan mempermudah penelitian atas kewajiban pajak dan pemenuhannya.
Utang pajak yang dimaksud dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
Ø
Utang pajak penghasilan yang dibayar sendiri
(PPh Pasal 25 dan 29)
Ø
Utang pajak penghasilan yang dipungut atau
dipotong dari pihak ketiga (PPh Pasal 21, 22, dan 23)
Ø
Utang pajak yang wajib dipungut atau dipotong
dari pihak ketiga (PPh Pasal 21, 22, 23 dan 26)
Ø
Utang PPn dan PPnBM
Ø
Utang PBB
Contoh Utang Pajak Penghasilan :[5]
Tanggal
|
Nama
|
Jumlah
|
|
Debet
|
Kredit
|
||
25/12/07
|
Biaya gaji & Upah
|
100.000.000
|
|
Utang PPh karyawan
|
7.500.000
|
||
Kas
|
92.500.000
|
||
10/01/08
|
Utang PPh Karyawan
|
7.500.000
|
|
Kas
|
7.500.000
|
Setiap
pembayaran gaji pegawai dipotong 10% sebagai pajak penghasilan pegawai yang
nantinya akan disetorkan ke kas negara. Jika gaji pegawai bulan Desember
2004 sebesar Rp 1.500.000 maka jurnal yang dibuat sebagai berikut:[6]
Gaji dan
Upah
Rp 1.500.000
Utang
PPh
Rp 150.000
Kas
Rp 1.350.000
Contoh Utang PPN:
Penjualan
bulan Desember 2004 sebesar Rp 25.000.000 termasuk PPN 10% maka jurnal yang
dibuat sebagai berikut:
Kas
Rp 25.000.000
Utang PPN
Rp 2.500.000
Penjualan
Rp 22.500.000
4.
Bagian
Kewajiban Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo Satu Tahun Mendatang
Saldo normal untuk perkiraan Bagian Lancar Utang
Jangka Panjang adalah kredit. Perkiraan Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
dikredit sebesar pinjaman yang jatuh tempo pada saat dilakukan reklasifikasi,
dan didebet sebesar jumlah yang dibayar pada saat dilakukan pelunasan. Bagian
Lancar Utang Jangka Panjang dibukukan sebesar nilai nominal. Utang dalam valuta
asing dikonversikan ke rupiah berdasarkan kurs tengah BI pada saat transaksi.
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang diakui pada saat pembayaran jatuh tempo
dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan melalui reklasifikasi.[7]
1) Jurnal pada saat reklasifikasi dari
perkiraan Utang Jangka Panjang:
No. Perkiraan
|
Nama Perkiraan
|
Debet
|
Kredit
|
|
Utang Jangka Panjang
|
---
|
|||
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Panjang
|
---
|
|||
No. Perkiraan
|
Nama Perkiraan
|
Debet
|
Kredit
|
|
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran
Utang Jangka Pendek
|
---
|
|||
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
|
---
|
|||
(Catatan: Buku Pembantu Utang Jangka
Panjang untuk setiap kreditur (seri) perlu diselenggarakan untuk
mengidentifikasi sumber pinjaman)
2) Jurnal pada saat pembayaran:
No. Perkiraan
|
Nama Perkiraan
|
Debet
|
Kredit
|
|
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
|
---
|
|||
Piutang dari KUN
|
---
|
|||
No. Perkiraan
|
Nama Perkiraan
|
Debet
|
Kredit
|
|
Utang Jangka Panjang
|
---
|
|||
Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Utang Jangka Panjang
|
---
|
|||
B.
Pencatatan
Gaji dan Pajak Gaji
Gaji yang bahasa
inggrisnya payroll, adalah imbalan yang diberikan oleh pihak yang mempekerjakan
kepada pihak pekerja, dalam hubungan yang relatif tetap, maupun dalam bentuk
kontrak. Besarnya Gaji biasanya sudah ditentukan pada saat kesepakatan kerja
dilakukan, dan tidak akan berubah sampai dengan adanya kesepakatan baru.
Nilainya relatif tetap.
Karyawan
sensitive terhadap kesalahan dan ketidakteraturan dalam hal pembayaran gaji.
Mempertahankan moral karyawan yang baik membutuhkan pembayaran gaji yang tepat
waktu, dengan dasar yang akurat. Kedua, pembayaran gaji bergantung pada
berbagai peraturan pemerintah pusat dan local. Ketiga, gaji dan pajak
pennghasilan terkait memiliki pengaruh signifikan terhadap laba bersih bagi
kebanyakan perusahaan. Meskipun besarnya beban gaji sangat bervariasi, biasanya
gaji dan beban yang terkait dengan gaji jumlahnya mendekati sepertiga
pendapatan perusahaan.[8]
1. Elemen
- Elemen Gaji
Walaupun begitu
banyak variasi elemen yang ada pada biaya gaji, akan tetapi pada garis besarnya
ada 4 elemen dasar dan 2 elemen tambahan, yang terdiri dari :
a)
Gaji Pokok
Gaji Pokok
merupakan elemen utama, yang dijadikan dasar pertimbangan mengapa gaji
digolongkan kedalam kelompok biaya operasional. Dimana nilainya relatif tetap
(paling tidak untuk satu tahun buku). Besarnya nilai pada elemen ini tentunya
bervariasi sesuai dengan kemampuan perusahaan, jabatan, masa kerja. Semakin
tinggi kemampuan perusahaan, biasanya juga akan menentukan nilai gaji pokok
yang relatif lebih tinggi, semakin tinggi suatu jabatan semakin tinggi juga
gaji pokoknya, semakin lama masa kerjanya maka kemungkinan kenaikan gaji akan
semakin luas yang nantinya berakumulasi menjadi peningkatan nilai dari gaji
pokoknya.
b)
Lembur
Kebijakan
mengenai lembur tidaklah sama antara satu perusahaan dengan perusahaan yang
lain. Akan tetapi, pada umumnya lembur biasanya diberikan hanya pada pegawai di
tingkatan (level) tertentu saja, yaitu staf (bukan manajer).
c)
Tunjangan-Tunjangan
Ada berbagai
macam jenis tunjangan, dimana dalam pelaksanaannya sangat tergantung dari
kemampuan perusahaan.
Ø Tunjangan
Jabatan
Jenis tunjangan ini melekat pada suatu jabatan tertentu. Semakin tinggi suatu jabatan, tunjangan inipun semakin tinggi (sampai pada batas tertentu).
Jenis tunjangan ini melekat pada suatu jabatan tertentu. Semakin tinggi suatu jabatan, tunjangan inipun semakin tinggi (sampai pada batas tertentu).
Ø Tunjangan
Kesehatan
Tunjangan kesehatan tergolong tunjangan yang paling banyak disediakan oleh perusahaan setelah tunjangan jabatan. Dalam praktiknya tunjangan kesehatan ini diberikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Misalnya ; Penggantian biaya kesehatan, pembebasan biaya pembelian obat, dan lain sebagainya.
Tunjangan kesehatan tergolong tunjangan yang paling banyak disediakan oleh perusahaan setelah tunjangan jabatan. Dalam praktiknya tunjangan kesehatan ini diberikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Misalnya ; Penggantian biaya kesehatan, pembebasan biaya pembelian obat, dan lain sebagainya.
Ø Tunjangan
Asuransi
Tunjangan asuransi yang paling lumrah dipakai di Indonesia adalah produk-produk asuransi yang disediakan oleh PT. Jamsostek (Persero)
Tunjangan asuransi yang paling lumrah dipakai di Indonesia adalah produk-produk asuransi yang disediakan oleh PT. Jamsostek (Persero)
Ø Dan
Tunjangan lain (yang bervariasi dan tidak umum dipakai)
d)
Potongan – Potongan
Potongan atas
Gaji yang paling dasar adalah potongan Pajak Penghasilan (PPh), Premi asuransi yang
ditanggung oleh pegawai,[9]
e)
Bonus & Insentif
Bonus &
insentif merupakan elemen tambahan, biasanya disediakan oleh jenis perusahaan
tertentu dan untuk pegawai tertentu saja, yaitu distributor, bank, finance dan
perusahaan sejenis yang operasionalnya berorientasikan target. Elemen ini
nilainya tidak tetap.
2. Perlakuan
Akuntansi atas Gaji
a)
Penilaian (Penghitungan Gaji)
Gaji
dihitung dengan memformulasikan elemen-elemen yang ada pada gaji. Dari semua
elemen yang ada, hanya elemen potongan lah yang menjadi factor pengurang
besarnya nilai gaji. Sedangkan elemen lainnya merupakan faktor penambah
besarnya nilai Gaji.
Gaji dapat diformulasikan
sebagai berikut :
[Gaji Pokok] + [Lembur] + [Tunjangan] - [Potongan] + [Bonus/Insentif]
Dengan formula ini, besarnya biaya gaji yang akan timbul dapat ditentukan.
[Gaji Pokok] + [Lembur] + [Tunjangan] - [Potongan] + [Bonus/Insentif]
Dengan formula ini, besarnya biaya gaji yang akan timbul dapat ditentukan.
b)
Pengakuan Atas Gaji
Gaji yang
dibayarkan dengan system transfer diakui apada saat transfer dilaksanakan, gaji
yang dibayarkan dengan menggunakan check diakui pada saat check tersebut
dicairkan oleh penerima gaji, sedangkan gaji yang dibayarkan dalam bentuk tunai
(cash) diakui pada saat gaji diserahkan. Besarnya biaya gaji yang diakui adalah
sebesar nilai hasil formulasi di atas.
c)
Pencatatan
(Jurnal Penggajian)
Gaji
dicatat pada saat pengakuannya, yaitu : sesuai tanggal yang tertera di slip
transfer, di slip gaji, tanggal check (tergantung bentuk gaji yang diberikan).
Adapun jurnal atas gaji adalah sebagai berikut :
Adapun jurnal atas gaji adalah sebagai berikut :
Pada saat penggajian :
Debit : Biaya Gaji
Kredit : Kas dan Utang PPh
Contoh :
Biaya Gaji (Debit) : Rp 100,000,000,-
Kas (Kredit) : Rp 90,000,000,-
Utang PPh Pasal 21 (Kredit) : Rp 10,000,000,-
Pada saat penyetoran PPh :
Utang PPh Pasal 21 (Debit) : Rp 10,000,000
Kas (Kredit) : Rp 10,000,000
Debit : Biaya Gaji
Kredit : Kas dan Utang PPh
Contoh :
Biaya Gaji (Debit) : Rp 100,000,000,-
Kas (Kredit) : Rp 90,000,000,-
Utang PPh Pasal 21 (Kredit) : Rp 10,000,000,-
Pada saat penyetoran PPh :
Utang PPh Pasal 21 (Debit) : Rp 10,000,000
Kas (Kredit) : Rp 10,000,000
d)
Pelaporan Gaji
Pada
Laporan Rugi Laba, Gaji termasuk di dalam kelompok besar biaya operasional dan
dinyatakan di dalam akun Biaya Gaji, yang nantinya akan mempengaruhi
besar-kecilnya laba atau rugi perusahaan. Pernyataan Laba rugi akan memberi
kontribusi terhadap Akun laba ditahan (retained earning) pada Neraca.
3. Prosedur
Penggajian
a)
Penghitungan Gaji
Penghitungan
gaji didahului oleh pengumpulan data-data yang nantinya akan dijadikan dasar perhitungan.
Sumber data penghitungan gaji berasal dari bagian personalia yang seharusnya
diserahkan begitu tutup buku penggajian dilakukan (biasanya 1 minggu sebelum
tanggal penggajian). Adapun data-data yang diperlukan yaitu :
Untuk menentukan
besarnya Gaji Pokok, Tunjangan dan Potongan : Daftar Karyawan (lengkap dengan
jabatan dan masa kerjanya), daftar absensi, daftar cuti, daftar libur berbayar.
Untuk menentukan
Bonus atau insentif : Daftar yang dijadikan dasar perhitungan (Daftar Penjualan
dari masing-masing salesman). Formula yang dipakai adalah seperti yang telah
disebutkan pada sub pokok bahasan di atas. Setelah perhitungan selesai
dilakukan, hendaknya dilakukan pemeriksaan dan penelitian kembali sebelum
dimintakan persetujuan kepada Manajer Personalia.[10]
b)
Persetujuan Gaji
Daftar Gaji
diajukan oleh Manajer Personalia kepada Direktur, dengan tembusan kepada
General Manager dan atau Financial Controller. Financial Controller maupun
General Manager akan melakukan penelitian baik itu secara mengkhusu dan
terperinci maupun umum, yang sangat tergantung dari Daftar Gaji yang diajukan
(apakah daftar gaji itu dinilai wajar atau tidak). Setelah diteliti, jika dapat
disetujui maka Financial Controller atau General Manager akan memberikan
rekomendasi kepada direktur untuk disetujui, Sedangkan jika dianggap tidak
wajar, maka Financial Controller atau General Manager berhak untuk menahannya
sampai dijelaskan dan atau dilakukan perbaikan-perbaikan seperlunya.
c)
Permintaan Kas untuk Penggajian
Dalam hal Daftar
Gaji disetujui dan telah disahkan, maka daftar Gaji tersebut akan diserahkan
kepada Bagian Accounting sebagai dasar untuk permintaan kas penggajian. Bagian
Accounting akan menyiapkan Kas sesuai dengan permintaan. Permintaan Kas
disertai daftar gaji yang telah disahkan hendaknya telah diterima
selambat-lambatnya 2 hari sebelum tanggal penggajian. Untuk gaji yang akan
dibayarkan dalam bentuk tunai, akan dibuatkan 1 check tunai saja untuk
semuanya. Untuk gaji yang dibayarkan dalam bentuk check, akan dibuatkan check
masin-masing untuk satu karyawan. Sedangkan untuk gaji yang dibayarkan melalui
transfer, maka akan disiapkan satu daftar perintah transfer kepada bank.
d)
Pembagian Gaji
Gaji dibagikan
atau ditransfer tepat pada tanggal pengajian, dibagikan oleh kasir perusahaan,
disaksikan oleh staf personalia. Diawasi oleh Chief Accounting dan Manajer
Personalia. Hal ini penting, agar jika diperlukan dapat memberikan penjelasan
yang sesuai kepada pegawai yang membutuhkan penjelasan.
e)
Pencatatan Penggajian
Setelah
pembayaran gaji selesai dilaksanakan, maka Book Keeper akan melakukan
pencatatan dengan memposting ayat-ayat jurnal yang sesuai (lihat di sub pokok
pembahasan sebelumnya).
f)
Pemeriksaan Penggajian
Proses
selanjutnya adalah proses pemeriksaan. Pemeriksaan akan dilakukan oleh
Financial Controller. Adapun pemeriksaan yang dilakukan, yaitu dengan
membandingkan antara daftar gaji yang telah desetujui dengan pengeluaran kas,
Slip Gaji, sisa fisik uang yang masih ada di kasir, Bukti pemotongan PPh Pasal
21, untuk kemudian dibandingkan dengan General Ledger Detail yang di print-out
oleh Book Keeper. Apabila tidak ditemukan kesalahan atau ketidak wajaran, maka
Financial Controller akan membuat pernyataan wajar atas penggajian tersebut,
sekaligus memberikan ijin untuk ditutup.
g)
Penutupan dan Arsip Penggajian
Proses akhir
dari penggajian adalah penutupan, dimana penutupan dilakukan apabila
pemeriksaan telah selesai dilaksanakan oleh Financial Controller. Selanjutnya
semua bukti yang terkait dengan penggajian (Daftar Gaji, Slip Gaji, Bukti
Tranfer, Bonggol Check dan Print Out General Ledger Detail yang disahkan oleh
Financial Controller) diarsipkan ke dalam masing-masing binder yang telah
ditentukan.[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Utang dalam
akuntansi dapat didefinisikan sebagai “Pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang mungkin terjadi
akibat kewajiban suatu badan usaha pada masa kini untuk mentransfer aktiva atau
menyediakan jasa pada badan usaha lain di masa yang akan datang sebagai akibat
transaksi atau kejadian di masa lalu”.(FASB, Conccepts no 3 Op,cit hal
3090).
Yang termasuk
utang lancar, antara lain : Utang Usaha, utang wesel, utang deviden, uang muka
penjualan pungutan pihak ketiga, biaya yang harus dibayar, utang pajak, utang
bersyarat, biaya jaminan, penawaran promosi, utang jaminan kemasan.
Utang Wesel
merupakan utang yang didukung dengan adanya surat pengakuan utang atau surat
pernyataan kesediaan untuk membayar yang ditandatangani oleh si debitur itu
sendiri. Utang dagang yaitu utang yang timbul dari pembelian barang – barang
dagangan atau jasa. Utang pajak adalah dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga
yang timbul karena perusahaan memungut kas dari pihak tertentu (misalnya pegawai
atau pelanggan) atas nama pihak ketiga.
B.
Saran
Semoga dengan
adanya makalah ini maka akan menambah minat para Mahasiswa / i untuk membaca,
membahas, dan mempelajari lebih dalam lagi tentang materi Hutang Jangka Pendek.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya yang telah
membaca dan kami selaku penyusun makalah ini.
Daftar Pustaka
·
Baridwan,
Zaki. 1999. Hutang
Jangka Pendek.Yogyakarta: BPFE
http://riringadisbanjar.blogspot.com/2010/12/akuntansi-utang-jangka-pendek.html
·
Jusup, Haryono. 2001. Dasar-dasar Akuntansi. Yogyakarta:STIE YKPN.
·
Kusnadi, dkk. 2000. Pengantar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Grafindo.
http://riringadisbanjar.blogspot.com/2010/12/akuntansi-utang-jangka-pendek.html
·
Marom, Chairul. 2002. Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang. Jakarta: PT. Grafindo.
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/10/gaji.html
[1] http://riringadisbanjar.blogspot.com/2010/12/akuntansi-utang-jangka-pendek.html
[3] http://riringadisbanjar.blogspot.com/2010/12/akuntansi-utang-jangka-pendek.html
[7]
http://riringadisbanjar.blogspot.com/2010/12/akuntansi-utang-jangka-pendek.html
[9] http://ziajaljayo.blogspot.com/2012/02/timbul-dan-berakhirnya-utang-pajak.html
[10]
http://dendyraharjo.blogspot.com/2013/05/akuntansi-pajak-terhadap-hutang-dan_4959.html
[11]
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/10/gaji.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar