Senin, 07 Oktober 2013

Pengertian Jurnal Penyesuaian dan Kosep Matching

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai "bahasa bisnis". Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi, diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini - yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya - mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.

Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik - sekarang dikenal sebagai “pembukuan berpasangan” (double-entry bookkeeping) - sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang “pembukuan” di Venice. Buku berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John Gouge atau Gough pada tahun 1543. Sebuah buku ringkas menampilkan instruksi akuntansi juga diterbitkan di tahun 1588 oleh John Mellis dari Southwark, yang termuat perkataanya, "I am but the renuer and reviver of an ancient old copie printed here in London the 14 of August 1543: collected, published, made, and set forth by one Hugh Oldcastle, Scholemaster, who, as appeareth by his treatise, then taught Arithmetics, and this booke in Saint Ollaves parish in Marko Lane." John Mellis merujuk pada fakta bahwa prinsip akuntansi yang dia jelaskan (yang merupakan sistem sederhana dari masukan ganda/double entry) adalah "after the forme of Venice". Pada awal abad ke 18, jasa dari akuntan yang berpusat di London telah digunakan selama suatu penyelidikan seorang direktur South Sea Company, yang tengah memperdagangkan bursa perusahaan tersebut. Selama penyelidikan ini, akuntan menguji sedikitnya dua buku perusahaan para. Laporannya diuraikan dalam buku Sawbridge and Company, oleh Charles Snell, Writing Master and Accountant in Foster Lane, London. Amerika Serikat berhutang konsep tujuan Akuntan Publik terdaftar pada Inggris yang telah memiiki Chartered Accountant di abad ke 19.


1.2  Tujuan

Tujauan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai mahasiswa STAIBR semester II terhadap tugas yang di berikan oleh dosen pada mata kuliah Akuntansi, dan juga sebagai bentuk partisipasi kami dalam perkembanagn dalam dunia pendidikan khususnya di bidang ekonomi.


BAB II
PEMBAHASAN KONSEP MATCHING

1  Konsep Matching

Konsep matching atau Penyesuaian  merupakan dasar penyusunan Laporan Keuangan. Namun angka-angka yang terdapat di dalamnya belum menunjukkan keadaan keuangan yang sebenarnya dari suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya, perusahaan seringkali mengalami kejadian dimana pendapatan yang diterima melebihi waktu periode akuntansi untuk penyusunan Laporan Keuangan. Selain itu beban yang dikorbankan/dikeluarkan kadang tidak bersamaan dengan prestasi/hasil yang diterima. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan, yang merupakan pedoman dalam melaksanakan pencatatan sampai pelaporan transaksi keuangan, pendapatan baru diakui sebagai pendapatan pada saat realisasinya yaitu pada waktu transaksi terjadi sehingga menimbulkan hak dan kewajiban. Pembebanan biaya sedapat mungkin dihubungkan dengan pendapatan yang dilaporkan dalam periode dimana pendapatan tersebut diakui.

Dengan demikian untuk dapat menghasilkan Laporan Keuangan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya dan tidak melanggar Standar Akuntansi Keuangan yang dipedomani, diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap pendapatan dan beban melalui Jurnal Penyesuaian. Dengan kata lain Jurnal Penyesuaian dibuat untuk menyesuaikan saldo akun-akun Buku Besar ke saldo yang sesungguhnya, dan memisahkan pendapatan dan beban dalam periode-periode yang sebenarnya.

A.     Hal-hal yang Memerlukan Jurnal Penyesuaian

Ada 2 kelompok transaksi yang memerlukan jurnal penyesuaian. Kedua kelompok tersebut adalah :
a.      Suatu Transaksi Yang Sudah Dicatat, Tetapi Perlu Dikoreksi Agar Mencerminkan Keadaan Yang Sebenarnya.
1)      Perlengkapan
2)      Beban dibayar dimuka
3)      Pendapatan diterima dimuka

b.      Suatu transaksi yang sudah terjadi, tetapi belum dicatat.
1)      Beban yang akan dibayar
2)      Pendapatan yang akan diterima
3)      Penyusunan aktiva tetap

KONSEP PENANDINGAN   (MATCHING)

Konsep penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang dituju perusahaan. Sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut merupakan upaya yang dilakukan perusahaan. 

Paton dan littleton (1940 : P.71).

“Masalah utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan langsung dengan  pendapatan tersebut …… Hubungan fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai media untuk melacak dan membebankannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi yang ada, dasar penandingan yang paling penting adalah kelayakan (reasonableness), bukannya pengukuran fisik”. 

Dalam praktik, ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan antara biaya dengan pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan tersebut adalah (Kam, 1990): hubungan sebab akibat (association of causes and effects), alokasi sistematik da n rasional ( systematic and rastional allocation) dan pembebanan segera (immediate recognition ). 

Hubungan Sebab Akibat

Dasar yang paling ideal untuk menandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan sebab akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar pengamatan yang dilakukan para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu yang digunakan dalam proses produksi pada akhirnya akan membantu dalam proses menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. Oleh karena itu dasar penandingan ini sering disebut dengan penandingan langsung (direct or product matching).

Contoh dari biaya yang dapat ditandingkan dengan dasar penandingan langsung adalah biaya komisi penjualan, gaji da n upah, serta  cost   barang terjua l (cost of goods sold). 

Dasar penandingan ini sesuai dengan konsep upaya dan hasil seperti yang diungkapkan oleh Patton dan Littleton (1940). Atas dasar pengamatan fisik dan pengamatan kejadian jelas terlihat bahwa pendapatan tidak akan terjadi apabila tidak ada penyerahan barang dan jasa. Komite American Accounting Association  (dikut ip oleh Kam, 1990) juga menyarankan penggunaan hubungan sebab akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan :

Cost harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost  tersebut dengan pendapatan yang diakui. Ada beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar produk digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :


1.  Identifikasi Cost Produk 

Sesuai dengan konsep penandingan, semua cost   produksi harus dibebankan pada produk yang bersangkutan. Cost   produk dapat dibagi menjadi dua. Pertama, cost   produk yang melekat pada produk terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya. Kedua, cost yang melekat pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan) dan dicatat sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.

Beberapa cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost yang lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan pada produk berdasarkan aturan atau prosedur tertentu. Disinilah pentingnya melakukan identifikasi untuk menentukan cost produk langsung (direct product cost ) dan cost produk tidak langsung (indirect product cost).

2. Biaya Yang Langsung Berhubungan Dengan Pendapatan Masa Mendatang

Tetapi tidak masuk dalam cost produksi. Pada beberapa kasus, cost yang dapat dihubungkan dengan pendap atan masa mendatang tidak dapat dibebankan secara langsung dengan produk tertentu. Hal ini disebabkan cost tersebut tidak menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan.

Contoh dari kasus ini adalah biaya penjualan dan administrasi. Biaya penjualan dan administrasi tidak harus ditandingkan dengan pendapatan di masa mendatang jika tidak ada jaminan yang rasional untuk menghubungkan biaya tersebut dengan pendapatan di masa mendatang. Meskipun jenis biaya tersebut tidak secara langsung menghasilkan pendapatan karena secara teknis sulit mencari hubungan sebab akibatnya, namun biaya tersebut harus tetap dibebankan sebagai biaya. Tidak diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode berjalan, bukan merupakan alasan untuk menunda pem bebanan biaya.

Alasannya adalah apabila suatu cost   barang dan jasa tidak memberikan manfaat pada periode sekarang dan juga bukan merupakan rugi, maka cost   tersebut tentu akan memberikan manfaat masa mendatang. Oleh karena itu,  cost   tersebut harus dialokasi kan pada periode mendatang agar dapat dilakukan penandingan antara biaya dengan pendapatan. Namun demikian, apabila tidak ada hubungan khusus antara pendapatan dan biaya, maka proses penandingan tidak dapat dilakukan.

Konsekuensinya, tindakan menangguhkan  pembebanan  cost   tersebut pada akhirnya akan menyebabkan perataan laba dan tidak menambah manfaat informasi yang dihasilkan.

3.   Biaya Yang Berhubungan Dengan  Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan Diakui

Umumnya biaya yang berhubungan dengan pendapatan akan terjadi setelah pendapatan diakui. Masalah ini berkaitan dengan penentuan besarnya biaya yang akan timbul setelah penjualan. Apabila cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup pasti, maka cost tersebut dapat diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan. Jadi hubungan sebab akibat harus dapat diidentifikasi untuk menentukan bahwa pendapatan yang diakui memiliki hubungan sebab akibat dengan cost yang bersangkutan.

Contoh            nya, jika suatu garansi diberikan selama penjualan pada periode tertentu, maka biaya atas jaminan tersebut mungkin saja terjadi pada masa mendatang. Penandingan yang tepat akan memperlakukan garansi tersebut sebagai biaya pada saat penjualan dan mencatat hutang untuk menampung cost   yang timbul dari garansi tersebut. Memang, cost ini belum tentu terjadi. Namun demikian, tidak ada alasan yang tepat untuk menunda pembebanan cost tersebut sebagai biaya.

Apabila estimasi terhadap cost garansi yang mungkin timbul dapat ditaksir dengan layak dan cukup pasti, maka cost tersebut harus diakui sebagai biaya pada saat pendapatan diakui. Apabila cost garansi yang benar-benar terjadi melebihi besarnya cost yang ditaksir sebelumnya, maka kelebihan tersebut lebih tepat untuk diakui sebagai rugi (losses ) daripada biaya operasi.

Kriteria yang digunakan adalah kelayakan atau kemungkinan terjadinya cost tersebut. Alasan yang sama dapat juga diterapkan untuk biaya pengumpulan piutang dan biaya lain yang berhubungan dengan kegiatan administrasi. Dengan demikian, apabila ada pendapatan yang diakui sebelum barang dikirim dan apabila ada kemungkinan timbulnya biaya tambahan atas pengiriman barang tersebut, cara yang paling tepat adalah mencatat pendapatan atas dasar harga jual dikurangi taksiran biaya tambahan untuk menjual barang tersebut.

B.   Alokasi Sistematis dan Rasional 

Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan dasar penandingan periodik (period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect matching). Alokasi sistematik dan rasional dapat digunakan sebagai dasar penandingan  apabila dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat dilakukan.

Atas dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk (unit fisik) tetapi periode. Apabila manfaat cost suatu aktiva lebih dari satu periode, maka cost tersebut dialokasikan secara sistematis pada periode yang menikmati manfaat tersebut.

Depresiasi aktiva tetap merupakan contoh alokasi sistematis. Masalah yang sering muncul dalam alokasi ini adalah banyaknya metode alokasi yang dapat digunakan dalam proses alokasi cost. Depresiasi dapat menggunakan metode alokasi seperti garis lurus, output produksi, jumlah angka- angka tahun dan sebagainya.

Meskipun dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai dasar penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional :

1. Banyak cost periodik yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode berjalan.
2. Pada beberapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan.
3. Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang, maka tidak ada alasan untuk menunda pembebanan cost sebagai biaya pada periode terjadinya.
4. Apabila biaya  bersifat rutin (reguler) dan terjadi berulang-ulang, maka pembebanan langsung secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat tidak dapat dicapai. 
5. Apabila cost tersebut merupakan joint-cost, maka alokasi arbitrer harus dilakukan pada kegiatan yang berbeda.

C.   Pembebanan Segera (Immediate Recognition)

Apabila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan cost   atas dasar hubungan sebab akibat ataupun alokasi sistematis dan rasional, maka cost langsung dapat dibebankan   pada periode terjadinya.

Alasan yang melandasi pembebanan dengan cara ini adalah kepraktisan. Misalnya, pencatatan terhadap biaya advertensi. Cost yang dikeluarkan untuk kegiatan advertensi sulit untuk dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan seb ab akibat.  Di samping itu, cost tersebut kemungkinan memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Dalam  statement FASB No.2 yaitu  Accounting for Research and Development Cost  disebutkan bahwa dasar penandingan hubungan sebab akibat dan alokasi siste atis tidak dapat diterapkan untuk cost penelitian dan pengembangan.

Hal ini disebabkan manfaat penelitian dan pengembangan di masa mendatang tidak dapat ditentukan dengan tepat, karena itu cost tersebut tidak dapat dikapitalisasi dan dicatat sebagai aktiva. Cost tersebut langsung dibebankan sebagai biaya pada periode terjadinya. 
 

BAB III
KRITIK TERHADAP KONSEP PENANDINGAN

A.    Bukti yang Obyektif 

Konsep penandingan memerlukan pertimbangan yang tepat dalam menentukan besarnya cost yang akan dibebankan pada periode sekarang atau masa mendatang. Dalam pengakuan pendapatan, bukti obyektif merupakan sarat utama yang harus dipenuhi. Namun demikian bukti obyektif tersebut kurang begitu diperhatikan dalam pengakuan biaya. Pengakuan biaya lebih didasarkan pada masalah rasional dan kelayakan dari pada bukti yang obyektif. Salah satu alasan tidak begitu diperhatikannya bukti obyektif dalam pengakuan biaya adalah penerapan konsep konservatisme.

Konsep ini menyatakan bahwa biaya, rugi, dan hutang harus segera diakui meskipun tidak ada bukti yang kuat dan obyektif. Sementara pendapatan, untung (gains) dan aktiva tidak dapat diakui apabila tidak ada bukti yang cukup obyektif. 

Misalnya pemakaian metode prosentase penyelesaian dalam kontrak konstruksi jangka panjang. Apabila taksiran seka rang terhadap tot al cost kontrak menunjukkan rugi, maka rugi tersebut harus diakui atas kontrak yang telah dilaksanakan. Jadi, meskipun rugi tersebut belum terealisasi karena proyek belum selesai, tetapi total taksiran rugi harus segera diakui. Perlakuan seperti ini akan lebih tepat apabila metode kontrak selesai yang digunakan. 

            FASB Statement No.5 tentang  Accounting for Contingencies (1975) menghendaki untuk mengakui taksiran rugi kontinjensi sebagai berikut :  

Suatu kondisi atau situasi yang melibatkan ke tidakpastian yang memungkinkan timbulnya suatu rugi (losses) bagi perusahaan dimana timbulnya rugi tersebut sangat tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih di masa mendatang. Atas dasar pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa konsep rugi kontinjensi termasuk unsur biaya.

Contoh rugi kontinjensi adalah kemungkinan tidak terkumpulnya piutang, gugatan terhadap aktiva, sengketa di pengadilan yang belum jelas keputusannya dan lain- lain. 

Taksiran kerugian akan diakui berdasarkan kondisi berikut ini : 

1. Sebelum laporan keuangan disajikan terdapat informasi yang menunjukkan kemungkinan timbulnya rugi yang cukup pasti.
2.  Jumlah rugi dapat ditaksir dengan layak dan cukup tepat. 

B.     Evaluasi Terhadap Konsep Matching 

Hubungan sebab akibat merupakan tahap terbaik untuk menandingkan biaya dengan pendapatan. Meskipun prosedur ini rasional, tetapi sulit diterapkan dalam praktik. Alasan utama terletak pada konsep cost attach yang merupakan pendukung utama hubungan sebab akibat. 

Hubungan sebab akibat sebenarnya tidak mungkin untuk diterapkan, karena konsep cost attach tidak memiliki alasan / argumen yang kuat. Dalam situasi tertentu, konsep  cost attach   tidak dapat menunjukka n dasar hubungan sebab akibat sebagai dasar hubungan pembebanan yang benar - benar meyakinkan.

Oleh karena itu, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan pendapatan, tetapi atas dasar interval waktu. Cost akan dibebankan sebagai biaya bila cost tersebut menghasilkan pendapatan pada periode yang sama. Hubungan sebab akibat memiliki implikasi bahwa jumlah rupiah pendapatan tertentu harus dihubungkan dengan jumlah rupiah biaya.

Apabila suatu aktiva memiliki suatu manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dasar penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat diterapkan, maka cost aktiva dapat dialokasikan dalam periode- periode secara sistematis. 
           
Cara ini ditandai dengan adanya taksiran- taksiran atau anggapan mengkritik proses alokasi ini. Berikut ini adalah argumen yang dikemukakan Thomas.

Menurut Thomas, kebanyakan laporan yang dihasilkan akuntan hanya omong kosong belaka dan tidak bermanfaat. Informasi yang dihasilkan hampir seluruhnya didasarkan pada proses alokasi, yang tidak dapat dijustifikasi secara teoritis. Alokasi secara teoritis akan memuaskan apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah : 

1.        Additivity
Alokasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-bagiannya sama dengan jumlah keseluruhannya, tidak kurang tidak lebih. Dengan kata lain, jika jumlah yang dialokasikan ditambahkan bersama-sama, maka totalnya harus sama dengan jumlah sebelum alokasi. 

2.   Unambiguity
Metode alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas. 

3.   Defensibility
Metode alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding metode alokasi yang lain. Metode tersebut harus didukung oleh alasan yang kuat agar dapat dipertahankan dari kemungkinan pemakaian metode yang lain.  Alokasi dalam akuntansi tidak memenuhi kriteria tersebut, terutama kriteria yang ketiga. Hal ini disebabkan dalam akuntansi tidak ada alasan yang kuat untuk tetap mempertahankan metode alokasi tertentu. Di antara metode alokasi yang ada, masing-masing dapat dipertahankan, tetapi metode yang dipilih tidak satupun yang bebas dari unsur arbitrer. Pada umumnya, setiap ada metode lain yang lebih baik, maka metode yang lebih baik tersebut akan menggantikan metode yang digunakan sebelumnya.  Hal ini berlaku terus apabila terdapat metode lain yang lebih baik.






BAB IV
PENGERTIAN JURNAL PENYESUAIAN
A. Pengertian Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai akun-akun setiap buku besar yang belum mencerminkan jumlah (saldo) yang sebenarnya.
Tujuan penyesuaian :
- Setiap rekening riil, khususnya rekening aktiva dan rekening utang menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode
- Setiap rekening nominal, khususnya rekening pendapatan dan beban menunjukkan pendapatan dan beban yang seharusnya diakui dalam suatu periode
B. Akun-Akun yang Perlu Disesuaikan Pada Akhir Periode Akuntansi
Tidak semua akun memerlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Akun-akun yang lazim disesuaikan pada akhir periode akuntansi untuk perusahaan jasa adalah sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka (prepaid expenses)
2. Pendapatan diterima di muka (deferred revenue)
3. Piutang pendapatan (accrued receivable)
4. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
5. Pemakaian aktiva tetap (depreciation of fixed asset)
6. Pemakaian perlengkapan
C. Pencatatan Jurnal Penyesuaian
1. Beban dibayar di muka
Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dikelompokkan sebagai harta (aktiva), tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Beban ini merupakan harta perusahaan yang akan memberikan manfaat di masa yang akan datang.
Contoh dari akun beban dibayar di muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di muka, iklan dibayar di muka, bunga dibayar di muka, dan sebagainya.
Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- dicatat sebagai harta
- dicatat sebagai beban

Ilustrasi pencatatan:
Pada tanggal 1 Agustus 2008 perusahaan membayar sewa kantor untuk masa dua tahun sebesar Rp12.000.000,00.
Jika dicatat sebagai harta, maka ayat jurnal pada tanggal 1 Agustus 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBWwksvHDvdYJ-ld4ZOrNAXvtORRjajbnihPeBm4FlK1wc_8NrI3tp2z2EfPnbfzdenPat6dhHwBF_bHXe8lbQwno6LQDRkCM4xZcvbJQ-jSvigBdWu5M7poL4Rsrik_xH5kXsABnEF-E/s400/ajp1.bmp
 



Misalnya akhir periode akuntansi ditetapkan tanggal 31 Desember 2008, sehingga bagian dari sewa kantor yang telah menjadi beban sampai dengan akhir periode akuntansi adalah 5 bulan (1 Agustus 2008 – 31 Desember 2008) dengan nilai sebesar Rp2.500.000,00 (5/24 x Rp12.000.000,00).
Jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio0cy1PaaZLkPMToQJ41f9TvGC1NicUcYPC3OgMNgL1MSVF_PWwKTWEW59JN-4s75judHpHni0KfChw4jczZYcsmKnU_Dpv1kQy3nkBKoCCMIWJEQWdkK-qjsTBM547rS5UexGo31-chw/s400/ajp3.bmp
 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQSIgcMIwII2imWAL9TYwu94phdSW_dWoQMpVjLMnUM5sWE7yl-HgjM2AgFgN2367sE33hV2SLafuexrf7tJkJXsmU8gjTPfrys4H7bPtgIjWY1aY_Yr2X9wDjCZa9vrFXpE-fLFnmCHg/s400/ajp2.bmpJika dicatat sebagai beban, maka ayat jurnal pada tanggal 1 Agustus 2008 adalah:


Misalnya akhir periode akuntansi ditetapkan tanggal 31 Desember 2008, sehingga bagian dari sewa kantor yang belum menjadi beban sampai dengan akhir periode akuntansi adalah 17 bulan (1 Januari 2009 – 31 Juli 2010) dengan nilai sebesar Rp9.500.000,00 (17/24 x Rp12.000.000,00).
Jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjegNO3-0Tftn434PQApkzdPcGA2WIOVFIPg13YnzfcCuw4I1LwKs6ZbxyzonETXAn1oBX9To44IIWn22NZ04753EelEDS7p2Kc3JuBFXbdw46hiqWgdPqNOkKqLpCqldMcSXvotQVNpn0/s400/ajp4.bmp
 


2. Pendapatan diterima di muka
Pendapatan diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai utang (kewajiban), tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari. Pendapatan ini timbul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Contoh dari akun pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, bunga diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan sebagainya.
Pencatatan pendapatan diterima di muka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- dicatat sebagai utang (kewajiban)
- dicatat sebagai pendapatan
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 Agustus 2008 diterima sewa toko untuk masa dua tahun sebesar Rp12.000.000,00.
Jika dicatat sebagai utang (kewajiban), ayat jurnal pada tanggal 1 Agustus 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5gVPTxLAtWTMFS3ppF07cmGzROi30TzYI7nOc59fsV0Zaw1I-lSZN6c13HqQL6INK5Oj0JZpZ9IV3E2_OLbk1bkB4Ktz-9MVJ1Blzvs7UE3fK3D9UoCOXBH0jZ8sNNJCFT1MVenikTn0/s400/ajp5.bmp
 



Misalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, bagian dari sewa yang telah menjadi pendapatan adalah 5 bulan (1 Agustus 2008 – 31 Desember 2008) sebesar Rp2.500.000,00 (5/24 x Rp12.000.000,00), ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirlvBOjxPoW3UrBkwmxfHwZdItNrkrXtsjEicgwDqCSCvSPBIg68p5QjRu08NglNZDoMhxGanPnEgB20egFKcKO1KDn67pSYOnk06jAL2EN6a3_2UOI3wjC1H3sBLtjqj2UTjIe4jHAB8/s400/ajp6.bmp
 


Jika dicatat sebagai pendapatan, ayat jurnal pada tanggal 1 Agustus 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqCVqnz02MB8OwFQv7udO3ZEscf9YnLI2RlML7vkkk_2I_r_K2RASawqSH_HB9LAY8AptNGXnOYKQD-JDeIrbSczEFctqtb1yFN0MPZv92v6OO4VSnNhtjHMuk9XaShiTuir8Ayih7mig/s400/ajp7.bmp
 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixdDfZ6GwZ7Is6Uyz5eP_8tEuH1bPHmaVvhsgjqXaqm7Br1z0_4eF7aw7o7QYy_6ot_TmRBeGsjxKLivIDfDI8AZfY-neGoStH-XpLGvWPyoRKxpuUeRvWlZPw0uk6O8LzEF739FBQOFk/s400/ajp8.bmpMisalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, bagian dari sewa yang belum menjadi pendapatan adalah 19 bulan (1 Januari 2009 – 31 Juli 2010) dengan nilai sebesar Rp9.500.000,00 (19/24 x Rp12.000.000,00), ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


3. Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima
Piutang pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau diterima pembayarannya.
Contoh akun pendapatan yang masih harus diterima adalah bunga yang masih harus diterima (piutang bunga), sewa yang masih harus diterima (piutang sewa), dan sebagainya.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 November 2008 didepositokan uang ke bank sebesar Rp100.000.000,00 untuk tiga bulan dengan bunga 6% per tahun. Bunga deposito diterima secara bulanan setiap tanggal 1 bulan berikutnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAlZmjPaqDO0nCeMvbPOprIjcK1-oGbbiRskXXFwk_kUZjvHFArdeu0USt38nr5AZx1Aifr0_jLyTKKbE67WsemLhIzt2diMMbgkilwZDmFORVL01QRLeQfXlBtaGZ7a90MdJp8SF42SE/s400/ajp9.bmpMisalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, pendapatan bunga untuk bulan Desember 2008 sebesar Rp500.000,00 (=Rp100.000.000,00 x 0,5%) yang akan diterima tanggal 1 Januari 2009 harus dicatat sebagai pendapatan pada periode akuntansi tahun 2008, ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


4. Utang beban / Beban yang masih harus dibayar
Utang beban / Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang sudah menjadi kewajibJan dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau dilakukan pembayarannya.
Contoh akun beban yang masih harus dibayar adalah gaji yang masih harus dibayar, bunga yang masih harus dibayar, dan sebagainya.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 Maret 2008 perusahaan meminjam uang ke Bank sebesar Rp20.000.000,00 dengan bunga 12% per tahun. Bunga dibayar di belakang setiap tanggal 1 September dan 1 Maret.
http://romannurbawastore.files.wordpress.com/2012/04/ajp8.jpg?w=300Misalnya periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, maka beban bunga yang dibebankan untuk periode akuntansi yang bersangkutan adalah selama empat bulan (1 September 2008 – 31 Desember 2008) sebesar Rp800.000,00 (=Rp20.000.000,00 x 4/12 x 12%), ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


5. Penyusutan aktiva tetap
Penyusutan aktiva tetap adalah berkurangnya kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan manfaat ekonomis secara berangsur-angsur sejalan dengan perjalanan waktu.
Contoh akun aktiva tetap adalah peralatan kantor, peralatan toko, kendaraan, mesin, gedung, tanah, dan sebagainya.
Besarnya nilai penyusutan aktiva tetap dicatat sebagai beban penyusutan aktiva tetap (D), tetapi tidak langsung dicatat pada aktiva tetap yang bersangkutan karena aktiva tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya, akun yang dipakai adalah akumulasi penyusutan aktiva tetap (K) yang merupakan akun kontra aktiva tetap tersebut.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 31 Desember 2008 dalam neraca saldo terdapat akun Gedung dengan saldo sebesar Rp350.000.000,00.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzI2BYzuSdBWRVmTx5wjMrGP3WZNU5wD_ooYJHijJIzEuDi0lhs6MWNzl2Ln_Fx-1GljYm-AZwqpTjV6PpkXtxATFWJySsNTp68xzpQwzyVb7NUOIsqspJdewEySau8cZn23_ZFY8xIio/s400/ajp14.bmpMisalnya pada akhir periode akuntansi diputuskan untuk menyusutkan nilai gedung sebesar 10%, sehingga besarnya beban penyusutan gedung yang ditetapkan pada periode tersebut sebesar Rp35.000.000,00 (=Rp350.000.000,00 x 10%), ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


6. Pemakaian perlengkapan
Perlengkapan adalah barang yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang habis terpakai dalam jangka waktu satu tahun. Pada akhir periode akuntansi harus dihitung berapa perlengkapan yang sudah terpakai dan berapa perlengkapan yang masih tersisa.
Contoh akun perlengkapan adalah perlengkapan toko, perlengkapan kantor, dan sebagianya.
Pencatatan pemakaian perlengkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. sebagai harta (aktiva)
b. sebagai beban
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 15 Mei 2008 dibeli perlengkapan kantor seharga Rp2.500.000,00 secara tunai. Pada akhir periode akuntansi tanggal 31 Desember 2008, perlengkapan yang masih tersisa sebesar Rp750.000,00.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNOelEGHXAqEeqHfuS1Po_fHBN8GTmHbKS0r9uyongvybLCBfoGhMBh-2FOhYHmNqrMLGl6dtSulwpj0X-EWhhot0DuqcOtjOckce6YVf7fvbJA7eKs8iboLNFDBzE_jbva1fxztxRtUk/s400/ajp10.bmpJika dicatat sebagai harta (aktiva), ayat jurnal pada tanggal 15 Mei 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5_kBulH0Xhf_A0XbJORzLxYhEtJxPxouq8Ev_-QVbkkowrks2y1B27mqVz99zACzS-xrQJFzKlc6jM9QH3Ny7144IrSoBotVL2TvnaYJDM76u13eX2R18csnVVM1rwvTECJaxLARnUTU/s400/ajp11.bmpBagian perlengkapan yang sudah terpakai sebesar Rp1.750.000,00 (=Rp2.500.000,00 – Rp750.000,00) ditetapkan menjadi beban, ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhG7swkJEnskXB3e1RolwlUD9L3ETGeRFEH8SvNp0ikYfm4ADOSiv3z0819OaQZ_Itf_nDW5N_HdXngVB43sxAz_j8sjmrjO4Mh2bu9y38PUUYhZdbO3xDgA1r8iPATsAuR5acf8PVEUTA/s400/ajp12.bmpJika dicatat sebagai beban, ayat jurnal pada tanggal 15 Mei 2008 adalah:


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLMLhgrBqQe9q_GLsPPtx5GsfRcFsupF4cklcnEVTg-rLCbMj2ZT2VOgErvfo1_8YvIVwiGYIbSCJXeGU7BMvJZ-CqKKO_Vyt8rqkNaGC-oHdup5Gnjvkn3jnUdUm5qeJ2JaUjt-x_6I0/s400/ajp13.bmpBagian perlengkapan yang masih tersisa sebesar Rp750.000,00 belum menjadi beban, ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:





 Kesimpulan dari jurnal penyesuaian

Ayat jurnal yang digunakan untuk menyesuaikan akun-akun dalam neraca saldo buku besar agar menunjukkan kondisi sebenarnya. Digunakan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan di akhir periode akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar