BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau
pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor,
otoritas pajak
dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam
perusahaan,
organisasi,
dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan
menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal
sebagai "bahasa bisnis". Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu
laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer,
pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham,
kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini
dikenal dengan istilah pembukuan. Akuntansi keuangan adalah suatu cabang dari
akuntansi dimana informasi keuangan pada suatu bisnis dicatat, diklasifikasi,
diringkas, diinterpretasikan, dan dikomunikasikan. Auditing, satu disiplin ilmu
yang terkait tapi tetap terpisah dari akuntansi, adalah suatu proses dimana
pemeriksa independen memeriksa laporan
keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini
- yang masuk akal tapi tak dijamin sepenuhnya - mengenai kewajaran dan
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Akuntansi
sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik - sekarang dikenal
sebagai “pembukuan berpasangan” (double-entry bookkeeping) - sudah
dipahami di Italia
sejak tahun 1495 pada saat Luca Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal
sebagai Friar (Romo) Luca dal Borgo, mempublikasikan bukunya tentang
“pembukuan” di Venice.
Buku berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John
Gouge atau Gough pada tahun 1543. Sebuah buku ringkas menampilkan instruksi
akuntansi juga diterbitkan di tahun 1588 oleh John Mellis dari Southwark, yang termuat
perkataanya, "I am but the renuer and reviver of an ancient old copie
printed here in London the 14 of August 1543: collected, published, made, and
set forth by one Hugh Oldcastle, Scholemaster, who, as appeareth by his
treatise, then taught Arithmetics, and this booke in Saint Ollaves parish in
Marko Lane." John Mellis merujuk pada fakta bahwa prinsip akuntansi yang
dia jelaskan (yang merupakan sistem sederhana dari masukan ganda/double entry)
adalah "after the forme of Venice". Pada awal abad ke 18, jasa dari
akuntan yang berpusat di London telah digunakan selama suatu penyelidikan seorang
direktur South Sea Company, yang
tengah memperdagangkan bursa perusahaan tersebut. Selama penyelidikan ini,
akuntan menguji sedikitnya dua buku perusahaan para. Laporannya diuraikan dalam
buku Sawbridge and Company, oleh Charles Snell, Writing Master and Accountant
in Foster Lane, London. Amerika Serikat berhutang konsep tujuan Akuntan
Publik terdaftar pada Inggris yang telah memiiki Chartered Accountant di abad ke 19.
1.2 Tujuan
Tujauan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai
mahasiswa STAIBR semester II terhadap tugas yang di berikan oleh dosen pada
mata kuliah Akuntansi, dan juga sebagai bentuk partisipasi kami dalam
perkembanagn dalam dunia pendidikan khususnya di bidang ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN KONSEP MATCHING
1 Konsep Matching
Konsep
matching atau Penyesuaian merupakan dasar penyusunan Laporan Keuangan.
Namun angka-angka yang terdapat di dalamnya belum menunjukkan keadaan keuangan
yang sebenarnya dari suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan dalam praktiknya,
perusahaan seringkali mengalami kejadian dimana pendapatan yang diterima
melebihi waktu periode akuntansi untuk penyusunan Laporan Keuangan. Selain itu
beban yang dikorbankan/dikeluarkan kadang tidak bersamaan dengan prestasi/hasil
yang diterima. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan, yang merupakan
pedoman dalam melaksanakan pencatatan sampai pelaporan transaksi keuangan,
pendapatan baru diakui sebagai pendapatan pada saat realisasinya yaitu pada
waktu transaksi terjadi sehingga menimbulkan hak dan kewajiban. Pembebanan
biaya sedapat mungkin dihubungkan dengan pendapatan yang dilaporkan dalam
periode dimana pendapatan tersebut diakui.
Dengan
demikian untuk dapat menghasilkan Laporan Keuangan yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya dan tidak melanggar Standar Akuntansi Keuangan yang dipedomani,
diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap pendapatan dan beban melalui Jurnal
Penyesuaian. Dengan kata lain Jurnal Penyesuaian dibuat untuk menyesuaikan
saldo akun-akun Buku Besar ke saldo yang sesungguhnya, dan memisahkan
pendapatan dan beban dalam periode-periode yang sebenarnya.
A. Hal-hal yang Memerlukan Jurnal
Penyesuaian
Ada 2 kelompok transaksi yang memerlukan jurnal penyesuaian.
Kedua kelompok tersebut adalah :
a. Suatu Transaksi Yang Sudah Dicatat,
Tetapi Perlu Dikoreksi Agar Mencerminkan Keadaan Yang Sebenarnya.
1)
Perlengkapan
2)
Beban dibayar dimuka
3)
Pendapatan diterima dimuka
b.
Suatu transaksi yang sudah terjadi,
tetapi belum dicatat.
1)
Beban yang akan dibayar
2)
Pendapatan yang akan diterima
3)
Penyusunan aktiva tetap
KONSEP
PENANDINGAN (MATCHING)
Konsep
penandingan adalah konsep yang dimaksudkan untuk mencari dasar hubungan yang
tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Pendapatan merupakan hasil yang
dituju perusahaan. Sementara cost yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut merupakan upaya yang dilakukan perusahaan.
Paton dan littleton (1940 : P.71).
“Masalah
utama dalam menandingkan pendapatan dan biaya adalah mencari dasar penandingan
yang paling tepat antara pendapatan dengan biaya yang berhubungan langsung
dengan pendapatan tersebut …… Hubungan
fisik yang dapat dilihat sebenarnya dapat digunakan sebagai media untuk melacak
dan membebankannya. Meskipun demikian harus diakui bahwa dengan melihat kondisi
yang ada, dasar penandingan yang paling penting adalah kelayakan
(reasonableness), bukannya pengukuran fisik”.
Dalam
praktik, ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari hubungan
antara biaya dengan pendapatan dalam satu periode tertentu. Dasar penandingan
tersebut adalah (Kam, 1990): hubungan sebab akibat (association of causes and
effects), alokasi sistematik da n rasional ( systematic and rastional allocation)
dan pembebanan segera (immediate recognition ).
Hubungan Sebab Akibat
Dasar
yang paling ideal untuk menandingkan biaya dengan pendapatan adalah hubungan
sebab akibat. Meskipun dasar ini sulit untuk dibuktikan, namun atas dasar
pengamatan yang dilakukan para akuntan menunjukkan bahwa barang/jasa tertentu
yang digunakan dalam proses produksi pada akhirnya akan membantu dalam proses
menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. Oleh karena itu dasar
penandingan ini sering disebut dengan penandingan langsung (direct or product
matching).
Contoh
dari biaya yang dapat ditandingkan dengan dasar penandingan langsung adalah
biaya komisi penjualan, gaji da n upah, serta
cost barang terjua l (cost of
goods sold).
Dasar
penandingan ini sesuai dengan konsep upaya dan hasil seperti yang diungkapkan
oleh Patton dan Littleton (1940). Atas dasar pengamatan fisik dan pengamatan
kejadian jelas terlihat bahwa pendapatan tidak akan terjadi apabila tidak ada
penyerahan barang dan jasa. Komite American Accounting Association (dikut ip oleh Kam, 1990) juga menyarankan
penggunaan hubungan sebab akibat sebagai dasar penandingan. Mereka mengatakan :
Cost
harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu
atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui. Ada
beberapa masalah teknis yang timbul apabila penandingan langsung atas dasar
produk digunakan sebagai dasar hubungan sebab akibat. Masalah tersebut adalah :
1. Identifikasi Cost Produk
Sesuai
dengan konsep penandingan, semua cost
produksi harus dibebankan pada produk yang bersangkutan. Cost produk dapat dibagi menjadi dua. Pertama,
cost produk yang melekat pada produk
terjual dan nantinya akan dibebankan sebagai biaya. Kedua, cost yang melekat
pada produk yang belum terjual (dilaporkan sebagai persediaan) dan dicatat
sebagai aktiva sampai produk tersebut terjual.
Beberapa
cost produk dapat langsung dihubungkan dengan produk tertentu, sementara cost
yang lain hanya dapat dihubungkan dengan kegiatan produksi dan dialokasikan
pada produk berdasarkan aturan atau prosedur tertentu. Disinilah pentingnya
melakukan identifikasi untuk menentukan cost produk langsung (direct product
cost ) dan cost produk tidak langsung (indirect product cost).
2.
Biaya Yang Langsung Berhubungan Dengan Pendapatan Masa Mendatang
Tetapi
tidak masuk dalam cost produksi. Pada beberapa kasus, cost yang dapat
dihubungkan dengan pendap atan masa mendatang tidak dapat dibebankan secara
langsung dengan produk tertentu. Hal ini disebabkan cost tersebut tidak
menunjukkan nilai tambah pada produk yang bersangkutan.
Contoh
dari kasus ini adalah biaya penjualan dan administrasi. Biaya penjualan dan
administrasi tidak harus ditandingkan dengan pendapatan di masa mendatang jika
tidak ada jaminan yang rasional untuk menghubungkan biaya tersebut dengan
pendapatan di masa mendatang. Meskipun jenis biaya tersebut tidak secara
langsung menghasilkan pendapatan karena secara teknis sulit mencari hubungan sebab
akibatnya, namun biaya tersebut harus tetap dibebankan sebagai biaya. Tidak
diperolehnya pendapatan atau tidak adanya kemungkinan rugi pada periode
berjalan, bukan merupakan alasan untuk menunda pem bebanan biaya.
Alasannya
adalah apabila suatu cost barang dan
jasa tidak memberikan manfaat pada periode sekarang dan juga bukan merupakan
rugi, maka cost tersebut tentu akan
memberikan manfaat masa mendatang. Oleh karena itu, cost
tersebut harus dialokasi kan pada periode mendatang agar dapat dilakukan
penandingan antara biaya dengan pendapatan. Namun demikian, apabila tidak ada
hubungan khusus antara pendapatan dan biaya, maka proses penandingan tidak
dapat dilakukan.
Konsekuensinya,
tindakan menangguhkan pembebanan cost
tersebut pada akhirnya akan menyebabkan perataan laba dan tidak menambah
manfaat informasi yang dihasilkan.
3. Biaya Yang Berhubungan Dengan Pendapatan Yang Terjadi Setelah Pendapatan
Diakui
Umumnya biaya yang berhubungan
dengan pendapatan akan terjadi setelah pendapatan diakui. Masalah ini berkaitan
dengan penentuan besarnya biaya yang akan timbul setelah penjualan. Apabila
cost kegiatan tertentu dapat ditaksir secara layak dan cukup pasti, maka cost
tersebut dapat diakui sebagai biaya pada periode pengakuan pendapatan. Jadi
hubungan sebab akibat harus dapat diidentifikasi untuk menentukan bahwa
pendapatan yang diakui memiliki hubungan sebab akibat dengan cost yang
bersangkutan.
Contoh nya, jika suatu garansi diberikan selama penjualan pada
periode tertentu, maka biaya atas jaminan tersebut mungkin saja terjadi pada
masa mendatang. Penandingan yang tepat akan memperlakukan garansi tersebut
sebagai biaya pada saat penjualan dan mencatat hutang untuk menampung cost yang timbul dari garansi tersebut. Memang,
cost ini belum tentu terjadi. Namun demikian, tidak ada alasan yang tepat untuk
menunda pembebanan cost tersebut sebagai biaya.
Apabila estimasi terhadap cost
garansi yang mungkin timbul dapat ditaksir dengan layak dan cukup pasti, maka
cost tersebut harus diakui sebagai biaya pada saat pendapatan diakui. Apabila
cost garansi yang benar-benar terjadi melebihi besarnya cost yang ditaksir
sebelumnya, maka kelebihan tersebut lebih tepat untuk diakui sebagai rugi
(losses ) daripada biaya operasi.
Kriteria yang digunakan adalah
kelayakan atau kemungkinan terjadinya cost tersebut. Alasan yang sama dapat
juga diterapkan untuk biaya pengumpulan piutang dan biaya lain yang berhubungan
dengan kegiatan administrasi. Dengan demikian, apabila ada pendapatan yang
diakui sebelum barang dikirim dan apabila ada kemungkinan timbulnya biaya
tambahan atas pengiriman barang tersebut, cara yang paling tepat adalah
mencatat pendapatan atas dasar harga jual dikurangi taksiran biaya tambahan
untuk menjual barang tersebut.
B.
Alokasi Sistematis dan Rasional
Alokasi
sistematik dan rasional sering disebut dengan dasar penandingan periodik
(period matching) atau penandingan tidak langsung (indirect matching). Alokasi
sistematik dan rasional dapat digunakan sebagai dasar penandingan apabila dasar penandingan hubungan sebab
akibat tidak dapat dilakukan.
Atas
dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk
(unit fisik) tetapi periode. Apabila manfaat cost suatu aktiva lebih dari satu
periode, maka cost tersebut dialokasikan secara sistematis pada periode yang
menikmati manfaat tersebut.
Depresiasi
aktiva tetap merupakan contoh alokasi sistematis. Masalah yang sering muncul
dalam alokasi ini adalah banyaknya metode alokasi yang dapat digunakan dalam
proses alokasi cost. Depresiasi dapat menggunakan metode alokasi seperti garis
lurus, output produksi, jumlah angka- angka tahun dan sebagainya.
Meskipun
dapat menimbulkan masalah, alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai
dasar penandingan. Ada beberapa alasan yang mendukung pemakaian alokasi
sistematis dan rasional :
1.
Banyak cost periodik yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan
periode berjalan.
2.
Pada beberapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan
pendapatan.
3.
Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost
yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang,
maka tidak ada alasan untuk menunda pembebanan cost sebagai biaya pada periode
terjadinya.
4.
Apabila biaya bersifat rutin (reguler)
dan terjadi berulang-ulang, maka pembebanan langsung secara material tidak akan
berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat tidak dapat
dicapai.
5.
Apabila cost tersebut merupakan joint-cost, maka alokasi arbitrer harus
dilakukan pada kegiatan yang berbeda.
C.
Pembebanan Segera (Immediate Recognition)
Apabila
tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan cost atas dasar hubungan sebab akibat ataupun
alokasi sistematis dan rasional, maka cost langsung dapat dibebankan pada periode terjadinya.
Alasan
yang melandasi pembebanan dengan cara ini adalah kepraktisan. Misalnya,
pencatatan terhadap biaya advertensi. Cost yang dikeluarkan untuk kegiatan
advertensi sulit untuk dihubungkan dengan pendapatan atas dasar hubungan seb ab
akibat. Di samping itu, cost tersebut
kemungkinan memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Dalam statement FASB No.2 yaitu Accounting for Research and Development
Cost disebutkan bahwa dasar penandingan
hubungan sebab akibat dan alokasi siste atis tidak dapat diterapkan untuk cost
penelitian dan pengembangan.
Hal
ini disebabkan manfaat penelitian dan pengembangan di masa mendatang tidak
dapat ditentukan dengan tepat, karena itu cost tersebut tidak dapat dikapitalisasi
dan dicatat sebagai aktiva. Cost tersebut langsung dibebankan sebagai biaya
pada periode terjadinya.
BAB III
KRITIK TERHADAP KONSEP PENANDINGAN
A.
Bukti
yang Obyektif
Konsep
penandingan memerlukan pertimbangan yang tepat dalam menentukan besarnya cost
yang akan dibebankan pada periode sekarang atau masa mendatang. Dalam pengakuan
pendapatan, bukti obyektif merupakan sarat utama yang harus dipenuhi. Namun
demikian bukti obyektif tersebut kurang begitu diperhatikan dalam pengakuan
biaya. Pengakuan biaya lebih didasarkan pada masalah rasional dan kelayakan
dari pada bukti yang obyektif. Salah satu alasan tidak begitu diperhatikannya
bukti obyektif dalam pengakuan biaya adalah penerapan konsep konservatisme.
Konsep
ini menyatakan bahwa biaya, rugi, dan hutang harus segera diakui meskipun tidak
ada bukti yang kuat dan obyektif. Sementara pendapatan, untung (gains) dan
aktiva tidak dapat diakui apabila tidak ada bukti yang cukup obyektif.
Misalnya
pemakaian metode prosentase penyelesaian dalam kontrak konstruksi jangka
panjang. Apabila taksiran seka rang terhadap tot al cost kontrak menunjukkan
rugi, maka rugi tersebut harus diakui atas kontrak yang telah dilaksanakan.
Jadi, meskipun rugi tersebut belum terealisasi karena proyek belum selesai,
tetapi total taksiran rugi harus segera diakui. Perlakuan seperti ini akan
lebih tepat apabila metode kontrak selesai yang digunakan.
FASB Statement No.5 tentang Accounting for Contingencies (1975)
menghendaki untuk mengakui taksiran rugi kontinjensi sebagai berikut :
Suatu
kondisi atau situasi yang melibatkan ke tidakpastian yang memungkinkan
timbulnya suatu rugi (losses) bagi perusahaan dimana timbulnya rugi tersebut
sangat tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih
di masa mendatang. Atas dasar pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa konsep
rugi kontinjensi termasuk unsur biaya.
Contoh
rugi kontinjensi adalah kemungkinan tidak terkumpulnya piutang, gugatan
terhadap aktiva, sengketa di pengadilan yang belum jelas keputusannya dan lain-
lain.
Taksiran
kerugian akan diakui berdasarkan kondisi berikut ini :
1.
Sebelum laporan keuangan disajikan terdapat informasi yang menunjukkan
kemungkinan timbulnya rugi yang cukup pasti.
2. Jumlah rugi dapat ditaksir dengan layak dan
cukup tepat.
B.
Evaluasi
Terhadap Konsep Matching
Hubungan
sebab akibat merupakan tahap terbaik untuk menandingkan biaya dengan
pendapatan. Meskipun prosedur ini rasional, tetapi sulit diterapkan dalam
praktik. Alasan utama terletak pada konsep cost attach yang merupakan pendukung
utama hubungan sebab akibat.
Hubungan
sebab akibat sebenarnya tidak mungkin untuk diterapkan, karena konsep cost
attach tidak memiliki alasan / argumen yang kuat. Dalam situasi tertentu,
konsep cost attach tidak dapat menunjukka n dasar hubungan
sebab akibat sebagai dasar hubungan pembebanan yang benar - benar meyakinkan.
Oleh
karena itu, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan
pendapatan, tetapi atas dasar interval waktu. Cost akan dibebankan sebagai
biaya bila cost tersebut menghasilkan pendapatan pada periode yang sama.
Hubungan sebab akibat memiliki implikasi bahwa jumlah rupiah pendapatan
tertentu harus dihubungkan dengan jumlah rupiah biaya.
Apabila
suatu aktiva memiliki suatu manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dasar
penandingan hubungan sebab akibat tidak dapat diterapkan, maka cost aktiva
dapat dialokasikan dalam periode- periode secara sistematis.
Cara
ini ditandai dengan adanya taksiran- taksiran atau anggapan mengkritik proses
alokasi ini. Berikut ini adalah argumen yang dikemukakan Thomas.
Menurut
Thomas, kebanyakan laporan yang dihasilkan akuntan hanya omong kosong belaka
dan tidak bermanfaat. Informasi yang dihasilkan hampir seluruhnya didasarkan
pada proses alokasi, yang tidak dapat dijustifikasi secara teoritis. Alokasi
secara teoritis akan memuaskan apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria
tersebut adalah :
1.
Additivity
Alokasi
harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-bagiannya
sama dengan jumlah keseluruhannya, tidak kurang tidak lebih. Dengan kata lain,
jika jumlah yang dialokasikan ditambahkan bersama-sama, maka totalnya harus
sama dengan jumlah sebelum alokasi.
2.
Unambiguity
Metode
alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar
alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas.
3.
Defensibility
Metode
alokasi yang dipilih harus lebih baik dibanding metode alokasi yang lain.
Metode tersebut harus didukung oleh alasan yang kuat agar dapat dipertahankan
dari kemungkinan pemakaian metode yang lain.
Alokasi dalam akuntansi tidak memenuhi kriteria tersebut, terutama
kriteria yang ketiga. Hal ini disebabkan dalam akuntansi tidak ada alasan yang
kuat untuk tetap mempertahankan metode alokasi tertentu. Di antara metode
alokasi yang ada, masing-masing dapat dipertahankan, tetapi metode yang dipilih
tidak satupun yang bebas dari unsur arbitrer. Pada umumnya, setiap ada metode
lain yang lebih baik, maka metode yang lebih baik tersebut akan menggantikan
metode yang digunakan sebelumnya. Hal
ini berlaku terus apabila terdapat metode lain yang lebih baik.
BAB IV
PENGERTIAN
JURNAL PENYESUAIAN
A.
Pengertian Jurnal Penyesuaian
Jurnal
penyesuaian adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai akun-akun setiap
buku besar yang belum mencerminkan jumlah (saldo) yang sebenarnya.
Tujuan penyesuaian :
- Setiap rekening riil,
khususnya rekening aktiva dan rekening utang menunjukkan jumlah yang sebenarnya
pada akhir periode
- Setiap rekening nominal, khususnya rekening
pendapatan dan beban menunjukkan pendapatan dan beban yang seharusnya diakui
dalam suatu periode
B. Akun-Akun
yang Perlu Disesuaikan Pada Akhir Periode Akuntansi
Tidak semua
akun memerlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Akun-akun yang
lazim disesuaikan pada akhir periode akuntansi untuk perusahaan jasa adalah
sebagai berikut:
1. Beban dibayar di muka (prepaid expenses)
2. Pendapatan diterima di muka (deferred revenue)
3. Piutang pendapatan (accrued receivable)
4. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
5. Pemakaian aktiva tetap (depreciation of fixed asset)
6. Pemakaian perlengkapan
2. Pendapatan diterima di muka (deferred revenue)
3. Piutang pendapatan (accrued receivable)
4. Beban yang masih harus dibayar (accrued expense)
5. Pemakaian aktiva tetap (depreciation of fixed asset)
6. Pemakaian perlengkapan
C.
Pencatatan Jurnal Penyesuaian
1. Beban
dibayar di muka
Beban dibayar
di muka adalah transaksi yang pada saat terjadinya dikelompokkan sebagai harta (aktiva),
tetapi akan menjadi beban di kemudian hari. Beban ini merupakan harta
perusahaan yang akan memberikan manfaat di masa yang akan datang.
Contoh dari
akun beban dibayar di muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di
muka, iklan dibayar di muka, bunga dibayar di muka, dan sebagainya.
Pencatatan beban dibayar di muka dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
- dicatat sebagai harta
- dicatat sebagai beban
- dicatat sebagai harta
- dicatat sebagai beban
Ilustrasi pencatatan:
Pada tanggal
1 Agustus 2008 perusahaan membayar sewa kantor untuk masa dua tahun sebesar
Rp12.000.000,00.
Jika dicatat sebagai harta, maka ayat jurnal pada
tanggal 1 Agustus 2008 adalah:
Misalnya
akhir periode akuntansi ditetapkan tanggal 31 Desember 2008, sehingga bagian
dari sewa kantor yang telah menjadi beban sampai dengan akhir periode akuntansi
adalah 5 bulan (1 Agustus 2008 – 31 Desember 2008) dengan nilai sebesar
Rp2.500.000,00 (5/24 x Rp12.000.000,00).
Jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008
adalah:
Misalnya
akhir periode akuntansi ditetapkan tanggal 31 Desember 2008, sehingga bagian
dari sewa kantor yang belum menjadi beban sampai dengan akhir periode akuntansi
adalah 17 bulan (1 Januari 2009 – 31 Juli 2010) dengan nilai sebesar
Rp9.500.000,00 (17/24 x Rp12.000.000,00).
Jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008
adalah:
2.
Pendapatan diterima di muka
Pendapatan
diterima di muka adalah transaksi yang sejak awalnya dicatat sebagai utang
(kewajiban), tetapi akan menjadi pendapatan di kemudian hari. Pendapatan ini
timbul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan, tetapi
belum menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Contoh dari
akun pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, bunga diterima
di muka, asuransi diterima di muka, dan sebagainya.
Pencatatan pendapatan diterima di muka dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- dicatat sebagai utang (kewajiban)
- dicatat sebagai pendapatan
- dicatat sebagai utang (kewajiban)
- dicatat sebagai pendapatan
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 Agustus 2008 diterima sewa toko untuk
masa dua tahun sebesar Rp12.000.000,00.
Jika dicatat sebagai utang (kewajiban), ayat jurnal
pada tanggal 1 Agustus 2008 adalah:
Misalnya
periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, bagian dari sewa yang
telah menjadi pendapatan adalah 5 bulan (1 Agustus 2008 – 31 Desember 2008)
sebesar Rp2.500.000,00 (5/24 x Rp12.000.000,00), ayat jurnal penyesuaiannya
pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
Jika dicatat sebagai pendapatan, ayat jurnal pada
tanggal 1 Agustus 2008 adalah:
Misalnya periode
akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, bagian dari sewa yang belum
menjadi pendapatan adalah 19 bulan (1 Januari 2009 – 31 Juli 2010) dengan nilai
sebesar Rp9.500.000,00 (19/24 x Rp12.000.000,00), ayat jurnal penyesuaiannya
pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
3. Piutang
pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima
Piutang
pendapatan / Pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan yang sudah
menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau diterima
pembayarannya.
Contoh akun
pendapatan yang masih harus diterima adalah bunga yang masih harus diterima
(piutang bunga), sewa yang masih harus diterima (piutang sewa), dan sebagainya.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1 November
2008 didepositokan uang ke bank sebesar Rp100.000.000,00 untuk tiga bulan
dengan bunga 6% per tahun. Bunga deposito diterima secara bulanan setiap
tanggal 1 bulan berikutnya.
Misalnya periode
akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, pendapatan bunga untuk bulan
Desember 2008 sebesar Rp500.000,00 (=Rp100.000.000,00 x 0,5%) yang akan
diterima tanggal 1 Januari 2009 harus dicatat sebagai pendapatan pada periode
akuntansi tahun 2008, ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
4. Utang
beban / Beban yang masih harus dibayar
Utang beban /
Beban yang masih harus dibayar adalah beban yang sudah menjadi kewajibJan
dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau dilakukan pembayarannya.
Contoh akun
beban yang masih harus dibayar adalah gaji yang masih harus dibayar, bunga yang
masih harus dibayar, dan sebagainya.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 1
Maret 2008 perusahaan meminjam uang ke Bank sebesar Rp20.000.000,00 dengan
bunga 12% per tahun. Bunga dibayar di belakang setiap tanggal 1 September dan 1
Maret.
Misalnya periode
akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, maka beban bunga yang
dibebankan untuk periode akuntansi yang bersangkutan adalah selama empat bulan
(1 September 2008 – 31 Desember 2008) sebesar Rp800.000,00 (=Rp20.000.000,00 x
4/12 x 12%), ayat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
5.
Penyusutan aktiva tetap
Penyusutan
aktiva tetap adalah berkurangnya kemampuan suatu aktiva tetap untuk memberikan
manfaat ekonomis secara berangsur-angsur sejalan dengan perjalanan waktu.
Contoh akun
aktiva tetap adalah peralatan kantor, peralatan toko, kendaraan, mesin, gedung,
tanah, dan sebagainya.
Besarnya
nilai penyusutan aktiva tetap dicatat sebagai beban penyusutan aktiva tetap
(D), tetapi tidak langsung dicatat pada aktiva tetap yang bersangkutan karena
aktiva tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya, akun yang dipakai adalah
akumulasi penyusutan aktiva tetap (K) yang merupakan akun kontra aktiva tetap
tersebut.
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 31 Desember
2008 dalam neraca saldo terdapat akun Gedung dengan saldo sebesar
Rp350.000.000,00.
Misalnya pada akhir
periode akuntansi diputuskan untuk menyusutkan nilai gedung sebesar 10%,
sehingga besarnya beban penyusutan gedung yang ditetapkan pada periode tersebut
sebesar Rp35.000.000,00 (=Rp350.000.000,00 x 10%), ayat jurnal penyesuaian pada
tanggal 31 Desember 2008 adalah:
6. Pemakaian
perlengkapan
Perlengkapan
adalah barang yang dipergunakan untuk kegiatan perusahaan yang habis terpakai
dalam jangka waktu satu tahun. Pada akhir periode akuntansi harus dihitung
berapa perlengkapan yang sudah terpakai dan berapa perlengkapan yang masih
tersisa.
Contoh akun perlengkapan adalah perlengkapan toko,
perlengkapan kantor, dan sebagianya.
Pencatatan pemakaian perlengkapan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
a. sebagai harta (aktiva)
b. sebagai beban
a. sebagai harta (aktiva)
b. sebagai beban
Ilustrasi pencatatan:
Tanggal 15
Mei 2008 dibeli perlengkapan kantor seharga Rp2.500.000,00 secara tunai. Pada
akhir periode akuntansi tanggal 31 Desember 2008, perlengkapan yang masih
tersisa sebesar Rp750.000,00.
Bagian perlengkapan
yang sudah terpakai sebesar Rp1.750.000,00 (=Rp2.500.000,00 – Rp750.000,00)
ditetapkan menjadi beban, ayat jurnal penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember
2008 adalah:
Bagian perlengkapan
yang masih tersisa sebesar Rp750.000,00 belum menjadi beban, ayat jurnal
penyesuaiannya pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
Kesimpulan
dari jurnal penyesuaian
Ayat
jurnal yang digunakan untuk menyesuaikan akun-akun dalam neraca saldo buku
besar agar menunjukkan kondisi sebenarnya. Digunakan untuk kepentingan
penyusunan laporan keuangan di akhir periode akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
- http://romannurbawastore.files.wordpress.com/2012/04/ajp8.jpg?w=300http://romannurbawastore.files.wordpress.com/2012/04/ajp
- http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris
- http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=South_Sea_Bubble&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/London
- http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Southwark&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=John_Mellis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/1588
- http://id.wikipedia.org/wiki/Venicehttp://id.wikipedia.org/wiki/Luca_Paciolihttp://id.wikipedia.org/wiki/Italiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar