BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hakikat acinta kasih yaitu cinta
boleh jadi merupakan suatu istilah yang sulit untuk dibatasi secara jelas.
Kendatipun demikian, sulit juga untuk diungkapkan dan diingkari bahwa cinta
adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu
fundamentalnya sampai-sampai membawa Victor Hago, seorang punnjagga terkenal,
pada satu kesimpulan: bahwa mati tanpa cita sama halnya dengan mati dengan
penuh dosa.
Cinta memang sangat erat terpaut
dengna kehidupan manusia. Tidak pernah selintas pun orang berpikir bahwa cinta
itu tidak penting. Mereka haus akan cinta.
Kendatipun demikian, hampir setiap
orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal
berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu padahal, cinta bisa diibaratkan
sebagai suatu seni yang sebagaimana bentuk seni lainnya sangat memerlukan
pengetahuan dan latihan untuk bisa menggapainya.
1.2 Fakta-fakta
Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminto, kasih syang diartikan
dengan perasaan sayang, perasaan cinta tau perasaan suka kepada sesorang semua
itu juga terpaut dengan keindahan sesuatu yang bagus, permai, cantik, elok dan
semua sesuatu yang dinilai indah.
BAB II
PEMBAHASAN
Kasih
sayang, dan cinta merupakan milik semua orang. Manifestasi dari kasih sayang
dan cinta dapat menciptakan lingkungan yang tenteram. Karena setiap individu
menyadari makna yang paling hakiki dari rasa kasih sayang dan cinta. Dengan
kasih sayang kita akan selalu menghargai karya orang lain.
Dengan
cinta kita selalu menjaga lingkungan yang harmonis. Lingkungan yang harmonis
berarti lingkungan yang berimbang dan jauh dari perusakan. Kemesraan merupakan
perwujudan kasih sayang yang mendalam. Kemesraan dapat menimbulkan daya
kreativitas manusia, yang berwujud bentuk seni. Bentuk seni dapat berbentuk
seni rupa, seni pahat, seni sastra, seni suara. Pemujaan merupakan perwujudan
cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan kepada Tuhan ini oleh manusia di
antaranya diwujudkan dalam bentuk-bentuk pemujaan atau yang lebih kita kenal
sebagai tempat beribadah.
A. MANUSIA DAN CINTA KASIH
1. Arti Cinta Kasih
Cinta
kasih bersumber pada ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa, yang
dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan
tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang dan
kemesraan. Belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang disertai dengan
tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan kedamaian antara
sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan, dan antara manusia dengan
Tuhan.
Apabila
dirumuskan secara sederhana, cinta ksih adalah perasaan kasih sayang,
kemesraan, belas kasihan dan pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku
yang bertanggung jawab. Tanggung jawab artinya akibat yang baik, positif,
berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan, dan
kebahagiaan.
2. Macam Cinta Kasih
Adanya
beberapa macam cinta kasih, yaitu sebagai berikut :
a. Cinta
kasih antar orang tua dan anak. Orang tua yang memperhatikan dan memenuhi
kebutuhan anaknya, berarti mempunyai rasa cinta kasih terhadap anak. Mereka
selalu mengharapkan agar anaknya menjadi orang baik dan berguna dikemudian
hari.
b. Cinta
kasih antara pria dan wanita. Seseorang pria menaruh perhatian terhadap seorang
gadis dengan perilaku baik, lemah lembut, sopan, apalagi memberikan seuntai
mawar merah, berarti ia menaruh cinta kasih terhadap gadis itu.
c. Cinta
kasih antara sesama manusia. Apabila seorang sahabat berkunjung ke rumah
kawannya yang sedang sakit dan membawa obat kepadanya berarti bahwa sahabat itu
menaruh cinta kasih terhadap kawannya yang sakit itu.
d. Cinta
kasih antara manusia dan Tuhan. Apabila seorang taat beribadah, menurut
perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya, orang itu mempunyai cinta kasih
kepada Tuhan penciptanya.
e. Cinta
kasih manusia terhadap lingkungannya. Apabila seseorang menciptakan taman yang
indah, memelihara taman pekarangan, tidak menebang kayu di hutan seenaknya,
menanam tanah gundul dengan teratur, tidak berburu hewan secara semena-mena atau
dikatakan bahwa orang itu menaruh cinta kasih atau menyayangi lingkungan
hidupnya.
Demikianlah, berbagai contoh perilaku manusia yang melukiskan cinta kasih sebagai kebutuhan kodrati manusia.
Demikianlah, berbagai contoh perilaku manusia yang melukiskan cinta kasih sebagai kebutuhan kodrati manusia.
3. Ungkapan Cinta Kasih
Cinta
kasih adalah ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan tingkah laku, seperti
dengan kata-kata, tulisan, gerak, atau media lainnya. Ungkapan dengan kata-kata
atau pernyataan, misalnya ungkapan. Aku cinta padamu. Ungkapan dengan tulisan,
misalnya surat cinta, surat ibu kepada putrinya. Ungkapan dengan gerak,
misalnya salaman, pelukan, ciuman dan rangkulan. Ungkapan dengan media,
misalnya setangkai bunga, benda suvenir dan benda kado. Ungkapan-ungkapan ini
selain dalam bentuk nyata, juga dalam bentuk karya budaya. Misalnya seni suara,
seni sastra, seni drama, film, dan seni lukis.
Orang
yang mempunyai perasaan cinta kasih, hidupnya penuh gairah, banyak inisiatif,
dan penuh kreatif. Bagi seniman perilaku cinta kasih dituangkan dalam bentuk
karya budaya sehingga dapat dinikmati pula oleh masyarakat. Dengan demikian,
masyarakat dapat memetik nilai-nilai kemanusiaan yang terungkap melalui karya
budaya itu.[1]
B. MANUSIA DAN PENDERITAAN
Terdapat
berbagai alasan yang dapat mengakibatkan penderitaan, yaitu alasan fisik dan
alasan moral. Di samping itu penderitaan sebenarnya merupakan kelanjutan dari
kegelisahan, artinya kegelisahan yang tidak bisa dikendalikan akan
mengakibatkan penderitaan.
Selain
kegelisahan, penderitaan juga disebabkan karena kekecewaan, yaitu apa yang
diharapkan ternyata tidak diperoleh. Jadi penderitaan juga berhubungan dengan
pamrih. Penderitaan juga berhubungan dengan ketakutan. Orang yang selalu merasa
takut akan hidup menderita. Penderitaan yang menimpa hidup manusia banyak
berhubungan dengan ‘daya hidup’ yang menjelma menjadi hawa nafsu.
Terdapat
berbagai daya hidup yaitu daya hidup raewani, nabati, haewani, jasmani, rohani,
rohmani, dan robbani. Daya hidup ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesempurnaan
hidup manusia yaitu tingkat An Nafs al Ammarah, al Lawwamah, al Mulhima, al
Qana’ah, al Mut’mainnah, al Radiyah, dan al Kamilah. Untuk bisa menuju
kesempurnaan hidup di mana hidup sudah tidak mengenal lagi kegelisahan dan
penderitaan maka orang harus melakukan olah batin. Olah batin tersebut adalah
dalam rangka menghilangkan nafsu dan pamrih. Terdapat olah batin yang harus
diikuti supaya kesempurnaan jiwa dapat dicapai, yaitu mengembangkan sikap
selalu instrospeksi, sabar, nrimo, dan ikhlas.
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berbentuk lahir atau
batin, keduanya termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan,
kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Al
Qur’an maupun kitab suci agama lain banyak menguraikan penderitaan manusia
sebagai peringatan bagi manusia.
Hampir
semua karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi
penderitaan. Epos Ramayana dan Maha Bharata merupakan salah satu contoh cerita
yang penuh penderitaan.
Karya
Shakespeare pun banyak mengungkapkan penderitaan batin yang dialami para
pelakunya. Dalam drama Romeo and Juliet, Shakespeare ingin mengomunikasikan
penderitaan batin dua remaja yang sedang dilanda cinta. Kedua orang tuanya
saling bermusuhan, sehingga tak mungkin bagi mereka untuk melangsungkan
cintanya sampai jenjang perkawinan. Betapa terharu dan pilu hati pembaca atau
penonton (film) menyaksikan ketragisan kedua remaja itu yang berakhir dengan
kematian. Di sini kita dihadapkan pada pihak-pihak yang dicekam oleh harga diri
yang palsu atau lebih tepat kesombongan orang tua. Karena sifat dan sikap yang
congkak itu, anak mereka sangat dicintai menjadi korban.
Dalam
riwayat Nabi Muhammad Saw. pun, diceritakan bahwa beliau dilahirkan sebagai
anak yatim dan kemudian yatim piatu, yang dibesarkan kakeknya kamudian
pamannya. Beliau menggembala kambing, bekerja pada orang dan sebagainya. Bahkan
sebagian besar hidupnya mengalami penderitaan yang luar biasa.
Dalam
riwayat hidup Budha Gautama, yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dinding
candi Borobudur kita juga melihat adanya penderitaan. Meskipun berupa relief,
hati kita dan haru pada saat melihatnya. Seorang pangeran (Sidarta) yang
meninggalkan istana yang bergemerlapan masuk hutan menjadi bhiksu dan makan
dengan cara mengemis, mengembara di hutan yang penuh penderitaan dan tantangan.
Kalau
kta baca buku riwayat hidup orang besar, semuanya dimulai dengan penderitaan.
Hamka, mengalami penderitaan yang hebat pada masa kecilnya, hingga ia sempat
mengecap sekolah kelas II saja. Namun ia mampu menjadi orang terkenal, orang
besar pada zamannya, berkat perjuangan hidupnya melawan penderitaan.
Contoh
lainnya adalah Bung Hatta, yang beberapa kali menjalani pembuangan di tengah
hutan Irian Jaya yang penuh belukar dan penyakit, namun Tuhan tetap
melindunginya sehingga ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.
Pada
waktu kita membaca riwayat hidup para tokoh itu, kita dihadapkan pada jiwa
besar, harga diri, berani karena benar, rasa tanggung jawab, semangat membaca,
dan sebagainya. Semua itu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di
sana tidak kita temui jiwa munafik, plin-plan, cengeng, dengki, iri, dan
sebagainya.
1. Siksaan
Apabila
berbicara tentang siksaan, terbayang di benak kita sesuatu yang sangat
mengerikan, bahkan mendirikan bulu kuduk kita. Di dalam benak kita, terbayang
seseorang yang tinggi besar, kokoh kuat dan dengan muka yang seram sedang
memegang cemeti yang siap mencambukkan tubuh orang yang akan disiksa; atau ia
memegang tang dan siap mencopot kuku-kuku orang yang disiksa. Mungkin juga si
penyiksa sedang merokok dan bermaksud untuk menyulut sekujur tubuh orang yang sedang
disiksa. Semua itu dengan maksud agar orang yang disiksa itu memenuhi
permintaan penyiksa atau sebagai perbuatan balas dendam.
Siksaan
semacam itu banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa. Bahkan
kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar, dan disertai
gambar si korban.
Siksaan
manusia juga menimbulkan kreativitas bagi orang yang pernah mengalami siksaan
atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan langsung atau tak langsung.
Hal itu terbukti dengan banyaknya tulisan, baik berupa berita, cerpen ataupun
novel yang megisahkan siksaan. Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan,
kita akan dapat mengambil hikmahnya. Karena kita dapat menilai arti manusia,
harga diri, kejujuran, kesabaran, dan ketakwaan, tetapi juga hati yang telah
dikuasai nafsu setan, kesadisan, tidak mengenal perikemanusiaan, dan
sebagainya.
Kita
dapat menilai diri kita sendiri, di mana kita berdiri, di mana kita berpihak,
dan sejauh mana ketakwaan kita.
2. Rasa Sakit
Rasa
sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit
ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda,
berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri darinya. Orang bodoh atau
pintar, bahkan dokter sekalipun.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya, dan mengalami penderitaan.
3. Neraka
Berbicara
tentang neraka, kita selalu ingat kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan
kita, siksaan yang luar biasa, rasa sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah
bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan terdapat hubungan
yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Empat hal itu merupakan rangkaian
sebab-akibat.
Manusia
masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara tentang
neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga berbicara
tentang kesalahan.
Dalam Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan. Surat-surat itu antara lain surat Al-Fath ayat 6 yang artinya:
Dalam Al Qur’an banyak ayat yang berisi tentang siksaan di neraka atau ancaman siksaan. Surat-surat itu antara lain surat Al-Fath ayat 6 yang artinya:
Dan
supaya mereka menyiksa orang-orang yang munafik laki-laki dan perempuan,
oang-orang yang musyik laiki-laki dan perempuan yang mempunyai persangkaan
jahat terhadap Allah. Mereka mendapat giliran buruk. Allah memurkai mereka, dan
menyediakan neraka Jahanam baginya. Dan neraka Jahanam itu adalah
seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S. Al-Fath : 6)[2]
C. MANUSIA DAN KEADILAN
Keadilan
menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak
dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda.
Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah
ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang
sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang
tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak
adil.
Keadilan
oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah
orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates
memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan
tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan
tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab
pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu
Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah
sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan
kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah
diyakini atau disepakati.
Menurut
pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan
pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada
keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain,
keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya
dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
Dan
berdasarkan kesadaran etis, kita di minta untuk tidak hanya menuntut hak dan
lupa menjalankan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan
kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan
memperbudak orang lain. Dan apabila kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa
menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau di peras oleh orang lain
1. Keadilan Sosial
Keadilan
sosial ialah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur,
berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak
ada penindasan, tidak ada penghisapan.
Untuk
mewujudkan keadilan social itu, di perinci perbuatan dan sikap yang perlu di
pupuk yakni:
1. Perbuatan luhur yang memcerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Sikap
adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.
3. Sikap
suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4. Sikap
suka berkerja keras
5. Sikap
menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan
kesejahteraan bersama
Keadilan
dan ketidakadilan tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan manusia karena dalam
hidupnya manusia menghadapi keadilan/ketidak adilan setiap hari. Oleh sebab itu
keadilan dan ketidak adilan. Menimbulkan daya kreatifitas manusia. Dan Banyak
hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan.
2. Macam-Macam Keadilan
a.
Keadilan Legal Atau Keadilan Moral
Plato
berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil
setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya
( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral,
sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal.
Keadilan
timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk member tempat yang selaras kepada
bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam
masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik.
Ketidakadilan
terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan
tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan
ketidak keserasian.
b.
Keadilan Distributif
Aristotele
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama
(justice is done when equels are treated equally).
c.
Keadilan Komutatif
Keadilan
ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan
umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan
ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem
menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian
dalam masyarakat.
d.
Kejujuran
Kejujuran
atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang
kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga
berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa
apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti
juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun
yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan
niat.
Sikap
jujur itu perlu di pelajari oleh setiap orang, sebab kejujuran mewujudkan
keadilan, sedang keadilan menuntut kemuliaan abadi, jujur memberikan keberanian
dan ketentraman hati, serta menyucikan lagi pula membuat luhurnya budi pekerti.
Pada
hakekatnya jujur atau kejujuran di landasi oleh kesadaran moral yang tinggi
kesadaran pengakuan akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut
terhadap kesalahan atau dosa.
Adapun
kesadaran moral adalah kesadaran tentang diri kita sendiri karena kita melihat
diri kita sendiri berhadapan dengan hal yang baik dan buruk.
Kejujuran
besangkut erat dengan masalah hati nurani. Menurut M.Alamsyah dalam bukunya budi
nurani dan filsafat berfikir, yang disebut nurani adalah sebuah wadah yang ada
dalam perasaan manusia. Wadah ini menyimpan suatu getaran kejujuran, ketulusan
dalam meneropong kebenaran local maupan kebenaran illahi (M.Alamsyah,1986 :83).
Nurani yang di perkembangkan dapat jadi budi nurani yang merupakan wadah yang
menyimpan keyakinan. Kejujuran ataupun ketulusan dapat di tingkatkan menjadi
sebuah keyakinan atas diri keyakinannya maka seseorang di ketahui
kepribadianya.
Dan
hati nurani bertindak sesuai dengan norma-norma kebenaran akan menjadikan
manusianya memiliki kejujuran, ia akan menjadi manusia jujur. Sebaliknya orang
yang secara terus-menerus berfikir atau bertindak bertentangan dengan hati
nuraninya akan selalu mengalami konfik batin, ia akan selalu mengalami
ketegangan, dan sifatnya kepribadiannya yang semestinya tunggal menjadi pecah.
Untuk
mempertahankan kejujuran, berbagai cara dan sikap yang perlu di pupuk. Namun
demi sopan santun dan pendidikan, orang di perbolehkan berkata tidak jujur
apabila sampai bata-batas yang di tentukan.
e.
Kecurangan
Kecurangan
atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula
dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa
yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari
hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa
bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak,
ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai
orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat
disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan
kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek
yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik.
Apabila keempat asepk tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan
berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila
manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia
akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.
f.
Pemulihan Nama Baik
Nama
baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak
tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih
jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu
kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat
hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik
atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan
tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan
santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang
dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah
kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak
sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk
memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf
tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat
darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu
ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai
sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
Uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa manusia sebagai pencipta dan pengguna
kebudayaan akan terus berhadapan dengan problematika kebudayaan. Salah satu
yang harus diperhatikan yaitu bagaimana kita menyikapi perubahan dan
perkembangan kebudayaan. Kebudayaan akan terus mengalami perubahan selama
manusia hidup dimuka bumi ini karena kebudayaan bersifat dinamis. Dan yang
terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita menyikapi dan memilah milah
kebudayaan asing yang masuk dan mengintervensi kebudayaan asli yang kita kita
miliki.
B.
Saran
Sebagai
bangsa yang besar dan memiliki keanekaragaman budaya sudah sepantasnya kita
menjaga dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Disamping itu kita juga
harus membudayakan rasa bangga atas kebudayaan yang kita miliki dan tidak malu
untuk memakainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://massofa.wordpress.com/2008/01/20/ilmu-budaya-dasar-bag-1/
http://zoel.web.id/2009/10/makalah-manusia-dan-kebudayaan/
http://fadliyanur.multiply.com/journal/item/25
http://bugsranger.blogspot.com/2009/11/manusia-dan-keadilan-soft-skill-ibd.html
http://isdstai.blogspot.com/2009/03/manusia-dan-pandangan-hidup.html
http://antihitamputih.wordpress.com/2010/03/24/manusia-dan-keadilan/
http://zoel.web.id/2009/10/makalah-manusia-dan-kebudayaan/
http://fadliyanur.multiply.com/journal/item/25
http://bugsranger.blogspot.com/2009/11/manusia-dan-keadilan-soft-skill-ibd.html
http://isdstai.blogspot.com/2009/03/manusia-dan-pandangan-hidup.html
http://antihitamputih.wordpress.com/2010/03/24/manusia-dan-keadilan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar